kosong yang penuh?
kerap aku berbohong lagi. terlebihnya pada diriku sendiri. ternyata sejauh ini masih aja aku melakukannya diatas kebohongan. rutinitas itu aku lakukan dengan harapan suatu saat dapat berubah menjadi hal yang tak lagi membuat hatiku gusar ketika aku ucapkan.
bohong besar apabila makhluk yang normal tidak butuh yang namanya kasih sayang. bahkan ayam pun, yang tak berakal masih membutuhkannya. kerap mencuri2 perhatian agar dirinya diperhatikan. baik diperhatikan oleh lawan jenisnya maupun oleh sang tuannya (perihal makanan), mungkin saja semut akan sakit hati jika temannya yang berpapasan enggan untuk bersalaman, bahkan tumbuhan pun yang tak hanya tidak memiliki akal, tetapi juga tidak berkemampuan untuk berpindah tempat (dalam hal ini berinteraksi secara langsung dengan sesama tumbuhan), ia akan mati manakala dirinya tak menjumpai makhluk lain bernama air. apalagi manusia. apalagi aku. yang hanya bubuk kueh ali. aku manusia, aku perempuan, tak ada makhluk dengan jenis itu yang tak suka diperhatikan, yang tak suka digombali. hanya saja hal semacam itu kerap kali jadi gerbang yang ujungnya menjadikan patah hati. bukan, ini bukan hanya berdasarkan survey, aku pernah mengalaminya secara langsung. pertama kali (dan semoga juga terakhir) mengalami hal manis yang berujung pait. bertahun2 aku melakukan smpenelitian tersendiri terhadap teman, saudara, dan siapapun, bahwa kemanisan dalam menjalin hubungan di usia remaja (belum siap berkeluarga) kebanyakan berujung kepahitan. bisa salah satu pihak ataupun kedua pihak yang dirugikan. hanya sedikit yang mampu bertahan hingga pernikahan tiba.
bagaimana mengantisipasi kebutuhan 'diperhatikan dan memperhatikan' yang sudah sangat mengakar ini?
carilah sumber yang paling minim kemungkinannya untuk saling menyakiti (dalam skala serius), dan sumber yang paling dapat aku andalkan adalah keluarga. sumber berikutnya teman dekat (masih rawan terjadi hal yang merujuk pada sakit hati). setidaknya dua sumber itu adalah yang lebih baik (dari kaca mataku) dibandingkan sumber yang berasal dari lawan jenis yang kita cintai.
ah tapi, betapa menggodanya proses 'pacaran' itu, bagaimana? :((
rasa cinta yang dirasakan setiap diri manusia adalah wajar. cinta terhadap apapun. bahkan dalam kehidupan, unsur yang paling penting dan wajib ada adalah cinta, dibanding uang. manakala aku merasakan cinta (terhadap lawan jenis), cukup diriku saja yang tau.
loh gimana? emang ga sakit?
semua itu atas pertimbangan, jika lebih dari aku yang tau (terutama orang yang bersangkutan) maka dikhawatirkan akan terjadi siklus yang sama
pdkt-pacaran-putus
sebab dan ceritanya macam2. meskipun tidak menutup kemungkinan
pdkt-pacaran-nikah
ooooiiiy... tapi bagi diriku, cuma ada dua pilihan
1. merasakan pahit manisnya cinta yang berujung sakit dan tragisnya susah move on, atau
2. mengubur cinta, karena jika saatnya sudah tiba, cinta itu akan menguap sendiri ke permukaan, jadilah separuh aku dan separuh kamu
pilihan itu benar2 sulit. karena bagaimanapun mencintai dan dicintai itu adalah kegiatan yang menggiurkan.
aaah... anggap saja latihan hehe
akibat lain yang aku rasakan setelah peristiwa 'disakiti' tempo dulu adalah aku jadi memiliki berbagai kriteria mengenai sosok orang yang sedikit kemungkinannya akan menyakiti (dari segi perasaan? ooooooyyyy kriteria yang aku buat terlalu sempurna. tak akan mudah menemukan yang seperti itu. jika ada pun, mungkin bukanlah orang seperti aku yang jadi kriterianya. akhirnya berujung tanpa titik temu.
dari pada ambil pusing, aku memilih mengabaikan urusan 'cinta yang diungkapkan' atau 'yang mengungkapkan cinta'. terlalu pusing. toh sekarang ini belum menjadi kepentingan yang mendesak untuk aku pikirkan. ada hal lain yang lebih ingin aku prioritaskan untuk dipikirkan.
ada pepatah mengatakan
'kejarlah ilmu, maka cinta mengikuti'
pepatah itu tidak sepenuhnya benar menurutku. karena bagaimanapun, cinta adalah bagian dari ilmu itu sendiri. tidak mempraktekan cinta, bukan berarti aku telah kehilangan cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar