Rabu, 18 Juli 2018

Hadiah

Antara titik dua dan kurung tutup

"cuy, ntar 1 agustus gue ulangtahun. kalo mau ngasih hadiah, sulampe (bukan permintaan hadiah yang sebenarnya) aja ya"
"why harus sulampe?"
"biar gue bawa ntar ke Jepang (doi bentar lagi kerja di Jepang untuk waktu yang lama)"

Percakapan dengan salah satu sahabat laki-laki yang satu ini membuatku berpikir tentang "hadiah".
Secara definisional hadiah merupakan pemberian dalam bentuk uang, barang atau jasa yang dilakukan tanpa ada kompensasi balik seperti yang terjadi didalam perdagangan (salah satu situs di syaikhuna gugel karomallohu wajhah)
Secara pribadi, aku menyukai segala sesuatu yang berkaitan dengan hadiah. Mulai dari penyebab, jenis yang dipilih, akibat yang ditimbulkan, hingga siapa yang memberikan dan menerimanya.
Bagi si pemberi, asal muasal hadiah dapat ditimbulkan dari dua sebab (yang baru kepikiran sama gue). Pertama, berawal dari niat tulus untuk membahagiakan seseorang yang menjadi target penerima hadiah. Kedua, karena tuntutan dari calon penerima hadiah. Sebab yang kedua bisa menimbulkan dua efek lain. Efek yang pertama, si pemberi memberikan hadiah hanya berlandaskan formalitas bahwa jika dimintai jadiah maka harus memberikannya (tidak memunculkan niat untuk membahagiakan). Sedangkan efek yang kedua, berawal dari tuntutan (yang kebanyakan dilontarkan dalam bentuk candaan tidak serius) menjadi stimulan calon pemberi untuk menyenangkan hati calon penerima.
Jika calon pemberi berniat memberi hadiah karena ingin menyenangkan orang lain, ketika prosesi pemilihan hadiah pastinya akan diliputi oleh rasa gembira. Memilih hadiah apa yang paling tepat untuk diberikan kepada calon penerima. Pemilihan hadiah selalu identik dengan barang. Padahal hadiah tidak melulu harus barang (seperti yang saya singgung diawal). Kecupan hangat dipunggung tangan Ibu dan Bapak ketika kita pulang beraktivitas pun bisa jadi merupakan hadiah terindah bagi mereka dibanding bertubi-tubinya harta benda yang kita berikan.
Akibat yang ditimbulkan dari adanya prosesi serah terima hadiah bisa bermacam-macam. Yang paling umum adalah baik pemberi maupun penerima akan diliputi rasa senang. Baik itu pemberian hadiah secara langsung maupun secara diam-diam (pemberi menyembunyikan identitasnya). Perasaan senang tersebut dapat tumbuh secara natural atau dibuntuti oleh perasaan lain. Misalnya, jika penerima mengharapkan lebih atas hadiah yang Dia terima, maka perasaan senang tersebut menjadi perasaan senang yang tidak sempurna, karena ada harapan lain maupun rasa kecewa (meski hanya setitik) yang timbul.
Bagi pemberi, sudah selayaknya memberikan yang terbaik (bukan yang termahal) sebagai hadiah. Bagi si penerima sudah selayaknya pula menerima apa adanya dan menghargai apa yang diberikan oleh si pemberi.
Selebihnya, adanya "hadiah" selalu identik dengan kebahagiaan. Maka bagiku, hadiah adalah salah satu komponen yang harus ada dalam kehidupan ini.

2 komentar: