Hari ini Aku mengajar di XII IPA 2 kemudian XII IPA 1. Masih kuhapalkan nama mereka satu persatu. Ada yang menarik di kelas XII IPA 2, diantara murid lain yang memanggilku dengan sebutan "Teh", Dia Nadhif, memanggilku dengan sebutan "Mba", jika dalam panggilan pertama Aku belum melirik ke arahnya, di panggilan ke dua Dia akan mengatakan "Mba, Mba kimia". Maklum, Nadhif ini berasal dari Surabaya, Aku menyukai logatnya memanggilku dengan sebutan "Mba kimia".
Cerita lain di kelas XII IPA 1. Di kelas ini cukup ramai. Ada Qoni dan Fiyyan yang duduk ngampar, ada Abel yang selalu menghangatkan suasana sambil menggoda Fiyyan. Sambil menuliskan materi di papan tulis, Abel bertanya "Teh pernah ada yang ngebaperin ga?" deggg... kalau saja mereka sadar saat itu aku salting. Aku jawab saja "Teteh mah kalo ada yang ngebaperin suka dibaperin balik" sambil mikir2 emang iya gitu pernah wkwk
Kemudian Fiyyan bilang "Teh ntar abis belajar Abel mau sulap".
"Takut garing ai maneh" kata Abel.
"Sulap apa ih jadi penasaran" Kataku.
(Setelah selesai belajar)
"Teh sini ke depan menghadap ke Aku" Kata Abel
(Aku pun maju ke depan)
"Teteh lihat, tangan Aku dua2nya kosong"
"Iya"
"Sekarang kepalin tangan teteh dan hadapkan ke atas"
"okee"
"Sekarang apa yang teteh rasakan?" Kata Abel sambil menaruh kepalan tangannya beberapa senti diatas kepalan tanganku.
"ngga ngerasa apa2" Kataku
"ngga ngerasa panas?"
"ngga"
"dingin?"
"engga"
Memang benar seperti itu adanya. Aku tak sempat memikirkan apakah ada energi panas atau dingin atau semacamnya karena sungguh aku deg2an ga karuan.
"Sekarang buka tangan Teteh"
Ku buka tanganku, dan tiba2 Abel menaruh tangannya diatas tanganku.
"Sekarang apa yang teteh rasain?"
Aku kaget, sungguh kaget, kalau saja Aku tak sadar itu tujuan mereka (mengetes tingkat kebaperanku) mungkin Aku akan salting tak karuan.
Aku bilang saja "Ga ngerasain apa2"
"Yaaaah gagaaal..." ucap anak2 XII IPA 1.
Seketika itu Aku langsung mengendalikan situasi (lebih tepatnya mengalihkan) dengan memanggil Divia yang berniat tambahan kimia. Padahal saat itu hatiku masih ngos2an, jantungku masih berdebar tak karuan. Bukan karena Aku jatuh cinta pada Abel, tapi karena Aku merasa terkejut diperlakukan seperti itu.
Sekian curhat katro dan ga pentingnya. Maafkan telah menyita waktu anda untuk membaca postingan yang unfaedah ini.
Hasanah Ika Blog's
Kamis, 26 Juli 2018
Rabu, 25 Juli 2018
Separuh suara
Sebab bagiku, kenyamanan adalah candu. Jika hal itu terlanjur menyeruak, maka aku tak bisa menghentikannya. Seperti kata seseorang "perasaan semacam itu seperti iman, ada bukan karena paksaan, bukan karena dibuat-buat, bukan pula karena kepura-puraan, tetapi harus menunggu hidayah agar ia tumbuh sendiri secara alamiah". Lalu yang menyedihkan adalah ketika Aku telah membiarkannya tumbuh, melekat, kemudian dalam sekejap Aku harus menekan sekuat tenaga agar Ia tak tumbuh semakin subur bahkan hingga sekarat. Aku bingung harus seperti apa bersikap. Serba takut. Takut kekurangan atau terlalu berlebihan. Dua2nya berpotensi menjadi racun bagi kenyamanan yang secara alamiah aku biarkan tumbuh.
Rabu, 18 Juli 2018
Hadiah
Antara titik dua dan kurung tutup
"cuy, ntar 1 agustus gue ulangtahun. kalo mau ngasih hadiah, sulampe (bukan permintaan hadiah yang sebenarnya) aja ya"
"why harus sulampe?"
"biar gue bawa ntar ke Jepang (doi bentar lagi kerja di Jepang untuk waktu yang lama)"
Percakapan dengan salah satu sahabat laki-laki yang satu ini membuatku berpikir tentang "hadiah".
Secara definisional hadiah merupakan pemberian dalam bentuk uang, barang atau jasa yang dilakukan tanpa ada kompensasi balik seperti yang terjadi didalam perdagangan (salah satu situs di syaikhuna gugel karomallohu wajhah)
Secara pribadi, aku menyukai segala sesuatu yang berkaitan dengan hadiah. Mulai dari penyebab, jenis yang dipilih, akibat yang ditimbulkan, hingga siapa yang memberikan dan menerimanya.
Bagi si pemberi, asal muasal hadiah dapat ditimbulkan dari dua sebab (yang baru kepikiran sama gue). Pertama, berawal dari niat tulus untuk membahagiakan seseorang yang menjadi target penerima hadiah. Kedua, karena tuntutan dari calon penerima hadiah. Sebab yang kedua bisa menimbulkan dua efek lain. Efek yang pertama, si pemberi memberikan hadiah hanya berlandaskan formalitas bahwa jika dimintai jadiah maka harus memberikannya (tidak memunculkan niat untuk membahagiakan). Sedangkan efek yang kedua, berawal dari tuntutan (yang kebanyakan dilontarkan dalam bentuk candaan tidak serius) menjadi stimulan calon pemberi untuk menyenangkan hati calon penerima.
Jika calon pemberi berniat memberi hadiah karena ingin menyenangkan orang lain, ketika prosesi pemilihan hadiah pastinya akan diliputi oleh rasa gembira. Memilih hadiah apa yang paling tepat untuk diberikan kepada calon penerima. Pemilihan hadiah selalu identik dengan barang. Padahal hadiah tidak melulu harus barang (seperti yang saya singgung diawal). Kecupan hangat dipunggung tangan Ibu dan Bapak ketika kita pulang beraktivitas pun bisa jadi merupakan hadiah terindah bagi mereka dibanding bertubi-tubinya harta benda yang kita berikan.
Akibat yang ditimbulkan dari adanya prosesi serah terima hadiah bisa bermacam-macam. Yang paling umum adalah baik pemberi maupun penerima akan diliputi rasa senang. Baik itu pemberian hadiah secara langsung maupun secara diam-diam (pemberi menyembunyikan identitasnya). Perasaan senang tersebut dapat tumbuh secara natural atau dibuntuti oleh perasaan lain. Misalnya, jika penerima mengharapkan lebih atas hadiah yang Dia terima, maka perasaan senang tersebut menjadi perasaan senang yang tidak sempurna, karena ada harapan lain maupun rasa kecewa (meski hanya setitik) yang timbul.
Bagi pemberi, sudah selayaknya memberikan yang terbaik (bukan yang termahal) sebagai hadiah. Bagi si penerima sudah selayaknya pula menerima apa adanya dan menghargai apa yang diberikan oleh si pemberi.
Selebihnya, adanya "hadiah" selalu identik dengan kebahagiaan. Maka bagiku, hadiah adalah salah satu komponen yang harus ada dalam kehidupan ini.
"cuy, ntar 1 agustus gue ulangtahun. kalo mau ngasih hadiah, sulampe (bukan permintaan hadiah yang sebenarnya) aja ya"
"why harus sulampe?"
"biar gue bawa ntar ke Jepang (doi bentar lagi kerja di Jepang untuk waktu yang lama)"
Percakapan dengan salah satu sahabat laki-laki yang satu ini membuatku berpikir tentang "hadiah".
Secara definisional hadiah merupakan pemberian dalam bentuk uang, barang atau jasa yang dilakukan tanpa ada kompensasi balik seperti yang terjadi didalam perdagangan (salah satu situs di syaikhuna gugel karomallohu wajhah)
Secara pribadi, aku menyukai segala sesuatu yang berkaitan dengan hadiah. Mulai dari penyebab, jenis yang dipilih, akibat yang ditimbulkan, hingga siapa yang memberikan dan menerimanya.
Bagi si pemberi, asal muasal hadiah dapat ditimbulkan dari dua sebab (yang baru kepikiran sama gue). Pertama, berawal dari niat tulus untuk membahagiakan seseorang yang menjadi target penerima hadiah. Kedua, karena tuntutan dari calon penerima hadiah. Sebab yang kedua bisa menimbulkan dua efek lain. Efek yang pertama, si pemberi memberikan hadiah hanya berlandaskan formalitas bahwa jika dimintai jadiah maka harus memberikannya (tidak memunculkan niat untuk membahagiakan). Sedangkan efek yang kedua, berawal dari tuntutan (yang kebanyakan dilontarkan dalam bentuk candaan tidak serius) menjadi stimulan calon pemberi untuk menyenangkan hati calon penerima.
Jika calon pemberi berniat memberi hadiah karena ingin menyenangkan orang lain, ketika prosesi pemilihan hadiah pastinya akan diliputi oleh rasa gembira. Memilih hadiah apa yang paling tepat untuk diberikan kepada calon penerima. Pemilihan hadiah selalu identik dengan barang. Padahal hadiah tidak melulu harus barang (seperti yang saya singgung diawal). Kecupan hangat dipunggung tangan Ibu dan Bapak ketika kita pulang beraktivitas pun bisa jadi merupakan hadiah terindah bagi mereka dibanding bertubi-tubinya harta benda yang kita berikan.
Akibat yang ditimbulkan dari adanya prosesi serah terima hadiah bisa bermacam-macam. Yang paling umum adalah baik pemberi maupun penerima akan diliputi rasa senang. Baik itu pemberian hadiah secara langsung maupun secara diam-diam (pemberi menyembunyikan identitasnya). Perasaan senang tersebut dapat tumbuh secara natural atau dibuntuti oleh perasaan lain. Misalnya, jika penerima mengharapkan lebih atas hadiah yang Dia terima, maka perasaan senang tersebut menjadi perasaan senang yang tidak sempurna, karena ada harapan lain maupun rasa kecewa (meski hanya setitik) yang timbul.
Bagi pemberi, sudah selayaknya memberikan yang terbaik (bukan yang termahal) sebagai hadiah. Bagi si penerima sudah selayaknya pula menerima apa adanya dan menghargai apa yang diberikan oleh si pemberi.
Selebihnya, adanya "hadiah" selalu identik dengan kebahagiaan. Maka bagiku, hadiah adalah salah satu komponen yang harus ada dalam kehidupan ini.
Sabtu, 07 Juli 2018
Kosong yang Penuh
kosong yang penuh?
kerap aku berbohong lagi. terlebihnya pada diriku sendiri. ternyata sejauh ini masih aja aku melakukannya diatas kebohongan. rutinitas itu aku lakukan dengan harapan suatu saat dapat berubah menjadi hal yang tak lagi membuat hatiku gusar ketika aku ucapkan.
bohong besar apabila makhluk yang normal tidak butuh yang namanya kasih sayang. bahkan ayam pun, yang tak berakal masih membutuhkannya. kerap mencuri2 perhatian agar dirinya diperhatikan. baik diperhatikan oleh lawan jenisnya maupun oleh sang tuannya (perihal makanan), mungkin saja semut akan sakit hati jika temannya yang berpapasan enggan untuk bersalaman, bahkan tumbuhan pun yang tak hanya tidak memiliki akal, tetapi juga tidak berkemampuan untuk berpindah tempat (dalam hal ini berinteraksi secara langsung dengan sesama tumbuhan), ia akan mati manakala dirinya tak menjumpai makhluk lain bernama air. apalagi manusia. apalagi aku. yang hanya bubuk kueh ali. aku manusia, aku perempuan, tak ada makhluk dengan jenis itu yang tak suka diperhatikan, yang tak suka digombali. hanya saja hal semacam itu kerap kali jadi gerbang yang ujungnya menjadikan patah hati. bukan, ini bukan hanya berdasarkan survey, aku pernah mengalaminya secara langsung. pertama kali (dan semoga juga terakhir) mengalami hal manis yang berujung pait. bertahun2 aku melakukan smpenelitian tersendiri terhadap teman, saudara, dan siapapun, bahwa kemanisan dalam menjalin hubungan di usia remaja (belum siap berkeluarga) kebanyakan berujung kepahitan. bisa salah satu pihak ataupun kedua pihak yang dirugikan. hanya sedikit yang mampu bertahan hingga pernikahan tiba.
bagaimana mengantisipasi kebutuhan 'diperhatikan dan memperhatikan' yang sudah sangat mengakar ini?
carilah sumber yang paling minim kemungkinannya untuk saling menyakiti (dalam skala serius), dan sumber yang paling dapat aku andalkan adalah keluarga. sumber berikutnya teman dekat (masih rawan terjadi hal yang merujuk pada sakit hati). setidaknya dua sumber itu adalah yang lebih baik (dari kaca mataku) dibandingkan sumber yang berasal dari lawan jenis yang kita cintai.
ah tapi, betapa menggodanya proses 'pacaran' itu, bagaimana? :((
rasa cinta yang dirasakan setiap diri manusia adalah wajar. cinta terhadap apapun. bahkan dalam kehidupan, unsur yang paling penting dan wajib ada adalah cinta, dibanding uang. manakala aku merasakan cinta (terhadap lawan jenis), cukup diriku saja yang tau.
loh gimana? emang ga sakit?
semua itu atas pertimbangan, jika lebih dari aku yang tau (terutama orang yang bersangkutan) maka dikhawatirkan akan terjadi siklus yang sama
pdkt-pacaran-putus
sebab dan ceritanya macam2. meskipun tidak menutup kemungkinan
pdkt-pacaran-nikah
ooooiiiy... tapi bagi diriku, cuma ada dua pilihan
1. merasakan pahit manisnya cinta yang berujung sakit dan tragisnya susah move on, atau
2. mengubur cinta, karena jika saatnya sudah tiba, cinta itu akan menguap sendiri ke permukaan, jadilah separuh aku dan separuh kamu
pilihan itu benar2 sulit. karena bagaimanapun mencintai dan dicintai itu adalah kegiatan yang menggiurkan.
aaah... anggap saja latihan hehe
akibat lain yang aku rasakan setelah peristiwa 'disakiti' tempo dulu adalah aku jadi memiliki berbagai kriteria mengenai sosok orang yang sedikit kemungkinannya akan menyakiti (dari segi perasaan? ooooooyyyy kriteria yang aku buat terlalu sempurna. tak akan mudah menemukan yang seperti itu. jika ada pun, mungkin bukanlah orang seperti aku yang jadi kriterianya. akhirnya berujung tanpa titik temu.
dari pada ambil pusing, aku memilih mengabaikan urusan 'cinta yang diungkapkan' atau 'yang mengungkapkan cinta'. terlalu pusing. toh sekarang ini belum menjadi kepentingan yang mendesak untuk aku pikirkan. ada hal lain yang lebih ingin aku prioritaskan untuk dipikirkan.
ada pepatah mengatakan
'kejarlah ilmu, maka cinta mengikuti'
pepatah itu tidak sepenuhnya benar menurutku. karena bagaimanapun, cinta adalah bagian dari ilmu itu sendiri. tidak mempraktekan cinta, bukan berarti aku telah kehilangan cinta
kerap aku berbohong lagi. terlebihnya pada diriku sendiri. ternyata sejauh ini masih aja aku melakukannya diatas kebohongan. rutinitas itu aku lakukan dengan harapan suatu saat dapat berubah menjadi hal yang tak lagi membuat hatiku gusar ketika aku ucapkan.
bohong besar apabila makhluk yang normal tidak butuh yang namanya kasih sayang. bahkan ayam pun, yang tak berakal masih membutuhkannya. kerap mencuri2 perhatian agar dirinya diperhatikan. baik diperhatikan oleh lawan jenisnya maupun oleh sang tuannya (perihal makanan), mungkin saja semut akan sakit hati jika temannya yang berpapasan enggan untuk bersalaman, bahkan tumbuhan pun yang tak hanya tidak memiliki akal, tetapi juga tidak berkemampuan untuk berpindah tempat (dalam hal ini berinteraksi secara langsung dengan sesama tumbuhan), ia akan mati manakala dirinya tak menjumpai makhluk lain bernama air. apalagi manusia. apalagi aku. yang hanya bubuk kueh ali. aku manusia, aku perempuan, tak ada makhluk dengan jenis itu yang tak suka diperhatikan, yang tak suka digombali. hanya saja hal semacam itu kerap kali jadi gerbang yang ujungnya menjadikan patah hati. bukan, ini bukan hanya berdasarkan survey, aku pernah mengalaminya secara langsung. pertama kali (dan semoga juga terakhir) mengalami hal manis yang berujung pait. bertahun2 aku melakukan smpenelitian tersendiri terhadap teman, saudara, dan siapapun, bahwa kemanisan dalam menjalin hubungan di usia remaja (belum siap berkeluarga) kebanyakan berujung kepahitan. bisa salah satu pihak ataupun kedua pihak yang dirugikan. hanya sedikit yang mampu bertahan hingga pernikahan tiba.
bagaimana mengantisipasi kebutuhan 'diperhatikan dan memperhatikan' yang sudah sangat mengakar ini?
carilah sumber yang paling minim kemungkinannya untuk saling menyakiti (dalam skala serius), dan sumber yang paling dapat aku andalkan adalah keluarga. sumber berikutnya teman dekat (masih rawan terjadi hal yang merujuk pada sakit hati). setidaknya dua sumber itu adalah yang lebih baik (dari kaca mataku) dibandingkan sumber yang berasal dari lawan jenis yang kita cintai.
ah tapi, betapa menggodanya proses 'pacaran' itu, bagaimana? :((
rasa cinta yang dirasakan setiap diri manusia adalah wajar. cinta terhadap apapun. bahkan dalam kehidupan, unsur yang paling penting dan wajib ada adalah cinta, dibanding uang. manakala aku merasakan cinta (terhadap lawan jenis), cukup diriku saja yang tau.
loh gimana? emang ga sakit?
semua itu atas pertimbangan, jika lebih dari aku yang tau (terutama orang yang bersangkutan) maka dikhawatirkan akan terjadi siklus yang sama
pdkt-pacaran-putus
sebab dan ceritanya macam2. meskipun tidak menutup kemungkinan
pdkt-pacaran-nikah
ooooiiiy... tapi bagi diriku, cuma ada dua pilihan
1. merasakan pahit manisnya cinta yang berujung sakit dan tragisnya susah move on, atau
2. mengubur cinta, karena jika saatnya sudah tiba, cinta itu akan menguap sendiri ke permukaan, jadilah separuh aku dan separuh kamu
pilihan itu benar2 sulit. karena bagaimanapun mencintai dan dicintai itu adalah kegiatan yang menggiurkan.
aaah... anggap saja latihan hehe
akibat lain yang aku rasakan setelah peristiwa 'disakiti' tempo dulu adalah aku jadi memiliki berbagai kriteria mengenai sosok orang yang sedikit kemungkinannya akan menyakiti (dari segi perasaan? ooooooyyyy kriteria yang aku buat terlalu sempurna. tak akan mudah menemukan yang seperti itu. jika ada pun, mungkin bukanlah orang seperti aku yang jadi kriterianya. akhirnya berujung tanpa titik temu.
dari pada ambil pusing, aku memilih mengabaikan urusan 'cinta yang diungkapkan' atau 'yang mengungkapkan cinta'. terlalu pusing. toh sekarang ini belum menjadi kepentingan yang mendesak untuk aku pikirkan. ada hal lain yang lebih ingin aku prioritaskan untuk dipikirkan.
ada pepatah mengatakan
'kejarlah ilmu, maka cinta mengikuti'
pepatah itu tidak sepenuhnya benar menurutku. karena bagaimanapun, cinta adalah bagian dari ilmu itu sendiri. tidak mempraktekan cinta, bukan berarti aku telah kehilangan cinta
Senin, 11 Juni 2018
Senja yang telah usai
Minggu, bulan ramadhan hari ke 25. kali ini Aku sedang bercumbu dengan angin malam kota Bandung. Gemerlap lampu kota memanjakan mata, Bandung nampak elegan di malam hari. Baru saja Aku selesai melaksanakan buka bersama dengan teman pesantrenku. Sungguh momen yang tak akan terlupakan. Bukber kali ini bertempat di Saung Riri daerah pesawahan Buah Batu. Saat itu Aku tersadar, masih ada sudut kota Bandung yang memanjakan mata dengan hamparan sawah dan pegunungan jarak jauh juga kolam-kolam ikan yang cukup besar.
Mengumpulkan manusia-manusia macam teman-temanku sangatlah sulit. Sampai-sampai aku dibuat pusing hanya karena ingin mengumpulkan Mereka di satu titik, di sebuah peraduan dari rindu-rindu yang sudah berserakan. Dari mulai galau menentukan kapan waktu, dimana tempat, dan tektek bengek lainnya. Alhamdulillah Riri bersedia menampung Kami, para makhluk yang selalu recet, apalagi bukber kali ini dihadiri oleh sang legendaris Syaikhuna Aden Aman Asy'ari dan Kanjeng Fitri Handayani. Mereka berdua adalah maskot dan pemicu meledaknya rentetan tawa ditengah-tengah lingkaran kita.
De Esa yang galau karena jarak dan juga perizinan akhirnya melakukan ke-so-sweet-an dengan mengusahakan hadir di bukber Reaksi tahun 2018. Fitri yang sudah jadi seorang istri dan juga Ibu rumah tangga rela meminta izin suaminya agar dapat kumpul kembali. Lina yang tadinya galau karena tempat yang cukup jauh akhirnya ikut menambah kehangatan malam tadi. Sari yang rela menunda jadwal mudiknya hanya demi sesuap nasi bersama teman rasa keluarga (reaksi). Tiana yang jauh-jauh dari rajamandala rela membawa ojek cintanya yang akhirnya kena juga sama pertanyaan pamungkas dari kita "kapan ngehalalin Tiana?". Ahmad, Ikbal, Aden rela bermacet-macetan di jalan dan dengan so sweet nya mereka menjemputku yang tak ada kendaraan buat ke rumah Riri bikeus my vario dibawa my Babeh buat diservis. Herda yang tadinya sempat urung ikut, akhirnya datang juga bersama sang dewinya. Zaki yang setiap harinya selalu disibukkan dengan jadwal mengajar di masjid akhirnya rela meminta izin dan meluangkan waktunya untuk hadir. Dan tentunya Riri sang tuan rumah yang baru saja pulang kerja menjelang magrib rela gudag gidig demi kita semua.
Ada teman lain yang ingin hadir tapi tak bisa. karena terkendala jarak, kesehatan, keluarga, perizinan ataupun lainnya. Selamat menumpuk rindu pada keranjang-keranjang yang mulai usang.
Alangkah gelinya diriku, hampir setiap yang datang menanyakan hal yang sama pada fitri, bahkan ketika main jujur2an pertanyaan untuk fitri masih dengan tema yang sama, "Fit, gimana rasanya nikah?" dan De Esa yang paling kepo "Fit, gimana malam pertama?" dan pertanyaan geli lainnya dari anak laki-laki. Dari hasil jujur-jujur-an itu, Aku sedikitnya dapat memahami kegalauan dan rasa syukur dari setiap orang atas hidup yang dijalaninya sejauh ini.
Ada yang mengganjal di pertemuan kemarin malam, rencana awal Kita (terutama Aku dan Ahmad) sepakat kalau Kita tidak boleh meninggalkan shalat tarawih. Apa daya Aku pun ikut terlena, bukan tak ingat, hanya bingung harus berbuat apa, hanya tak tega mengehentikan tawa yang sedang beradu. :(( Saat itu Aku sangat berharap ada yang lebih luas hati menghentikan nikmatnya memadu tawa untuk melakukan salah satu ibadah sunah di bulan ramadhan.
Tanpa terasa waktu cepat berlalu, karena Aku melaluinya bersama orang-orang yang begitu Aku cintai. Kami semua harus pulang dan menikmati angin malam di perjalanan bersama dunia masing-masing di kepalanya. Aku berani bertaruh, meski tujuan pulang kami berbeda, kami memiliki dunia yang sama, dunia yang dijejali rindu setelah melalui singkatnya sebuah pertemuan.
Sampai jumpa dilain hari kawan, dimanapun Kau berada, sejauh apapun kau pergi, bersama siapapun Kau hidup, jangan pernah lupakan hidangan malam tadi, sepiring rindu dan secangkir cerita. Jangan lupa juga selipkan namaku, namanya, nama Mereka, dalam setiap untaian doa-doamu yang melangit. Jarak diantara kita hanyalah pemicu agar rindu-rindu itu tak pernah berkurang, jadi jangan khawatirkan itu. Meskipun Aku belum pernah melihat apalagi mengalami sebuah "Keabadian", tapi Aku berharap, ikatan diantara kita adalah abadi, sampai kita berada di tempat paling mulia bernama "Surga". Semoga Allah memperkenankan Kita bertemu kembali di waktu-waktu berikutnya.
Mengumpulkan manusia-manusia macam teman-temanku sangatlah sulit. Sampai-sampai aku dibuat pusing hanya karena ingin mengumpulkan Mereka di satu titik, di sebuah peraduan dari rindu-rindu yang sudah berserakan. Dari mulai galau menentukan kapan waktu, dimana tempat, dan tektek bengek lainnya. Alhamdulillah Riri bersedia menampung Kami, para makhluk yang selalu recet, apalagi bukber kali ini dihadiri oleh sang legendaris Syaikhuna Aden Aman Asy'ari dan Kanjeng Fitri Handayani. Mereka berdua adalah maskot dan pemicu meledaknya rentetan tawa ditengah-tengah lingkaran kita.
De Esa yang galau karena jarak dan juga perizinan akhirnya melakukan ke-so-sweet-an dengan mengusahakan hadir di bukber Reaksi tahun 2018. Fitri yang sudah jadi seorang istri dan juga Ibu rumah tangga rela meminta izin suaminya agar dapat kumpul kembali. Lina yang tadinya galau karena tempat yang cukup jauh akhirnya ikut menambah kehangatan malam tadi. Sari yang rela menunda jadwal mudiknya hanya demi sesuap nasi bersama teman rasa keluarga (reaksi). Tiana yang jauh-jauh dari rajamandala rela membawa ojek cintanya yang akhirnya kena juga sama pertanyaan pamungkas dari kita "kapan ngehalalin Tiana?". Ahmad, Ikbal, Aden rela bermacet-macetan di jalan dan dengan so sweet nya mereka menjemputku yang tak ada kendaraan buat ke rumah Riri bikeus my vario dibawa my Babeh buat diservis. Herda yang tadinya sempat urung ikut, akhirnya datang juga bersama sang dewinya. Zaki yang setiap harinya selalu disibukkan dengan jadwal mengajar di masjid akhirnya rela meminta izin dan meluangkan waktunya untuk hadir. Dan tentunya Riri sang tuan rumah yang baru saja pulang kerja menjelang magrib rela gudag gidig demi kita semua.
Ada teman lain yang ingin hadir tapi tak bisa. karena terkendala jarak, kesehatan, keluarga, perizinan ataupun lainnya. Selamat menumpuk rindu pada keranjang-keranjang yang mulai usang.
Alangkah gelinya diriku, hampir setiap yang datang menanyakan hal yang sama pada fitri, bahkan ketika main jujur2an pertanyaan untuk fitri masih dengan tema yang sama, "Fit, gimana rasanya nikah?" dan De Esa yang paling kepo "Fit, gimana malam pertama?" dan pertanyaan geli lainnya dari anak laki-laki. Dari hasil jujur-jujur-an itu, Aku sedikitnya dapat memahami kegalauan dan rasa syukur dari setiap orang atas hidup yang dijalaninya sejauh ini.
Ada yang mengganjal di pertemuan kemarin malam, rencana awal Kita (terutama Aku dan Ahmad) sepakat kalau Kita tidak boleh meninggalkan shalat tarawih. Apa daya Aku pun ikut terlena, bukan tak ingat, hanya bingung harus berbuat apa, hanya tak tega mengehentikan tawa yang sedang beradu. :(( Saat itu Aku sangat berharap ada yang lebih luas hati menghentikan nikmatnya memadu tawa untuk melakukan salah satu ibadah sunah di bulan ramadhan.
Tanpa terasa waktu cepat berlalu, karena Aku melaluinya bersama orang-orang yang begitu Aku cintai. Kami semua harus pulang dan menikmati angin malam di perjalanan bersama dunia masing-masing di kepalanya. Aku berani bertaruh, meski tujuan pulang kami berbeda, kami memiliki dunia yang sama, dunia yang dijejali rindu setelah melalui singkatnya sebuah pertemuan.
Sampai jumpa dilain hari kawan, dimanapun Kau berada, sejauh apapun kau pergi, bersama siapapun Kau hidup, jangan pernah lupakan hidangan malam tadi, sepiring rindu dan secangkir cerita. Jangan lupa juga selipkan namaku, namanya, nama Mereka, dalam setiap untaian doa-doamu yang melangit. Jarak diantara kita hanyalah pemicu agar rindu-rindu itu tak pernah berkurang, jadi jangan khawatirkan itu. Meskipun Aku belum pernah melihat apalagi mengalami sebuah "Keabadian", tapi Aku berharap, ikatan diantara kita adalah abadi, sampai kita berada di tempat paling mulia bernama "Surga". Semoga Allah memperkenankan Kita bertemu kembali di waktu-waktu berikutnya.
Rabu, 06 Juni 2018
Dibalik sehelai masker
Hari ini kedua kali aku beranikan diri untuk membuka maskerku ketika pergi keluar setelah kemarin malam tarawih di masjid. Sejak insiden sabtu sore di minggu lalu, aku tak berani menunjukkan wajahku pada siapapun kecuali orang yang ada di rumah. Mungkin selama berhari-hari tak pernah ada yang curiga, mengapa aku selalu menggunakan masker kemanapun. Bahkan sekedar beli telur ke warung depan pun aku menggunakan masker.
Sudah Aku duga, akan banyak sekali pertanyaan ataupun hanya sebuah tatapan yang mungkin tanpa mereka sadari membuatku sedikit tersipu. Ketika itu terjadi, aku tak dapat berbuat banyak, hanya menjawab pertanyaan seadanya dan memaksakan senyum.
Bagiku, dilepasnya kembali maskerku dihadapan orang-orang adalah sesuatu yang luar biasa. Hanya gara-gara prosesi pelepasan masker itu aku jadi menemukan berbagai pandangan. Ada yang melihat iba, ada yang melecehkan, ada juga yang memberi saran.
Yang membuatku malu adalah "kenapa selama ini aku harus malu?" Yang benar-benar peduli tidak akan menjauh hanya karena luka berdiameter 2 cm.
Selain hal diatas, yang membuatku lebih bersyukur adalah, ada banyak doa yang terucap ketika aku menekan rasa malu terhadap sesuatu dibalik maskerku.
Terimakasih masker...
Sudah Aku duga, akan banyak sekali pertanyaan ataupun hanya sebuah tatapan yang mungkin tanpa mereka sadari membuatku sedikit tersipu. Ketika itu terjadi, aku tak dapat berbuat banyak, hanya menjawab pertanyaan seadanya dan memaksakan senyum.
Bagiku, dilepasnya kembali maskerku dihadapan orang-orang adalah sesuatu yang luar biasa. Hanya gara-gara prosesi pelepasan masker itu aku jadi menemukan berbagai pandangan. Ada yang melihat iba, ada yang melecehkan, ada juga yang memberi saran.
Yang membuatku malu adalah "kenapa selama ini aku harus malu?" Yang benar-benar peduli tidak akan menjauh hanya karena luka berdiameter 2 cm.
Selain hal diatas, yang membuatku lebih bersyukur adalah, ada banyak doa yang terucap ketika aku menekan rasa malu terhadap sesuatu dibalik maskerku.
Terimakasih masker...
Senin, 03 November 2014
Aku si Aurum yang selalu menawan
Aku
si Aurum yang selalu menawan
created by : ika hasanah
Namaku
Aurum, tapi teman-temanku biasa memanggilku si cantik Au. Bahkan saking
cantiknya aku, para manusia memanggilku logam mulia. Sebenarnya aku dikenal
dengan berbagai macam panggilan, di luar negeri aku terkenal dengan sebutan si
gold yang menawan, dan di Indonesia aku dikenal dengan sebutan emas yang selalu
berkilau walaupun aku jarang mandi. Aku adalah sebuah logam transisi yang
tinggal di sebuah rumah dengan nomor 79
gang 6 blok 1B di kota sistem periodik unsur. Rumahku berdempetan dengan
platina dan raksa. Berat badanku, atau lebih dikenal dengan istilah massa atom
relatif adalah 196,9665. Sama seperti temanku lainnya, aku pun memiliki
konfigurasi elektron, yaitu [Xe] 4f14 5d10 6s1.
Aku tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin,
fluorin
dan aqua regia.
Kalian dapat menemukanku di nugget emas
atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial
dan salah satu logam coinage.
Kode ISOku adalah XAU.
Seperti
yang kalian lihat, aku berfasa solid dan berwarna kuning mengkilap. Aku
mempunyai struktur kristal lattice face centered cubic yang bermassa jenis 19.30 g.cm−3. Aku
mempunyai titik lebur 1337.33 K 1947.52 °F 1064.18 °C,
dan titik didih 5173 °F 2856 °C, 3129 K. kalor peleburanku 12.55
kJ·mol−1,
kalor penguapanku 324 kJ·mol−1 , dan aku mempunyai kapasitas kalor
25.418 J·mol−1·K−1 .
Bilangan
oksidasiku adalah +5, +4, +3,
+2, +1, −1, −2 dan elektronegativitas 2.54
(skala Pauling). Aku mempunyai beberapa tingkatan energy ionisasi, energi ionisasi 1 890.1 kJ·mol−1 energi ionisasi 2 1980 kJ·mol−1.
Karena aku adalah sebuah atom, maka aku pun mempunyai jari-jari atom sebesar
144 pm, jari-jari kovalen 136±6 pm, dan jari-jari van der waals 166 pm.
Diriku di alam
umumnya berupa butiran-butiran halus bersama tembaga, perak dan kadang bersama
logam-logam golongan platina. Selain itu aku sering diperoleh dalam bentuk
senyawaan sebagai mineral telurida, AuTe2 dan silvanit, AuAgTe4.
Aku bisa didapat dalam keadaan
murni tersebar di beberapa daerah yaitu Salido
(Sumatra Barat), Rejang Lebong (Sumatra Selatan), Bengkulu, Cikotok (Jawa
Barat), Paleleh (Sulawesi Utara), Bolaang Mongondow (Sulawesi Tengah), Kota
Waringin (Kalimantan Barat).
Aku
selalu dinilai sebagai barang berharga dan kerap kali dijadikan perhiasan untuk
mempercantik orang-orang yang ada di muka bumi ini. Berdasarkan peraturan
pemerintahan bahan galian dari diriku termasuk golongan logam vital bersama
perak dan platina. Diriku dalam keadaan
murni merupakan suatu logam yang sangat lunak. Untuk mengatasi ini maka aku
dicampur dengan logam-logam lain. Umumnya logam yang ditambahkan adalah tembaga
dan perak. Aku yang berwarna merah mengandung tembaga sedangkan aku yang
berwarna putih mengandung paladium dan nikel. Paduan antara suatu logam dengan
unsur logam atau nonlogam disebut alloi.
Kemurnianku dinyatakan dengan karat.
Bilangan karat menunjukan bagian
emas yang terdapat di dalam paduan logam. Emas 24 karat adalah 100% emas murni
tanpa bahan tambahan. Sedangkan emas 18 karat artinya didalam emas tersebut
terdapat 18/24 emas murni atau dalam emas tersebut terdapat 75% emas murni.
Sisa dari 75% adalah jumlah bahan yang ditambahkan. Sungguh ribet kan menjadi
si au yang selalu menawan.
Kasus yang ada dalam kehidupan
Di Indonesia tambang emas sangat banyak yakni Jawa, Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Tetapi sebagian besar tambang yang ada di Indonesia
diolah perusahaan luar asing, hal ini tentu tidak terlepas dari pengetahuan
masyarakat yang rendah mengenai cara-cara pengolahan bahan-bahan galian yang
ada, khususnya emas.
Saat ini perusahaan tambang emas milik Pemerintah yang aktif
adalah UPEC (Unit Pertambangan Emas Cikotok) dan PT.Freeport Indonesia (PTFI)
di Irian Jaya tepatnya gunung Ersberg. Cikotok merupakan suatu kecamatan di
kabupaten Banten, Jawa Barat. Beberapa tambang emas yang ada di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel
Nama Perusahaan
|
Tempat
|
PT Aneka Tambang Tbk
|
Jawa barat, Kab.Bogor-gunung
Bonggor
|
PT.Freeport Indonesia (PTFI)
|
Irian Jaya-gunung Ersberg
|
UPEC (Unit Pertambangan Emas
Cikotok)
|
Jawa Barat, Kab. Banten,
Kec.cikotok
|
Dengan adanya tambang khususnya tambang emas dapat menimbulkan
sering menimbulkan beberapa masalah. Salah satu dampak yang sangat serius yakni
terkait masalah lingkungan.
Tambang emas baik yang dikelola oleh pemerintah dan
perusahaan asing mapun yang yang ditambang secara liar oleh masyarakat selalu
menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya. Bahan yang digunakan selain menggangu
dan merusak ekosistem dapat pula menggangu kesehatan manusia sendiri. Salah
satu bahan yang digunakan adalah raksa. Raksa yang digunakan pada saat pengolan
bijih emas dapat terlepas ke lingkungan sekitar. Untuk perusahaan pengolahan
bijih emas hal ini tidak begitu dikawatirkan jika ada pengawasan dari pihak
Pemerintah, yang perlu dikawatirkan tambang-tambang emas yang dilakukan secara
liar oleh masyarakat.
Tambang emas yang dilakukan secara liar oleh masyarakat
menggunakan raksa untuk mengendapkan emas yang terkandung dalam air atau
lumpur. Raksa yang digunakan dapat langsung masuk ke dalam air sehingga ikut
terbawa arus. Raksa yang terbawa arus sukar terurai sehingga dapat membentuk senyawaan
baru. Senyawa yang terbentuk dari raksa baik berupa senyawa organik maupun
anorganik yang dapat diserap oleh mikroorganisme-mikroorganisme yang ada di
dalam air. Senyawaan raksa yang diserap oleh mikroorganisme ini tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme sehingga dalam tubuhnya tetap sebagai senyawaan
raksa. Akibatnya senyawaan ini dapat masuk ke dalam rantai makanan, jika
mikroorganisme ini dimakan oleh ikan maka senyawaan ini akan masuk pula ke
dalam tubuhnya. Masuknya senyawaan ini akhirnya akan masuk kemudian mengendap
di dalam tubuh, jika manusia mengkonsumsi ikan yang telah dikontaminasi oleh
senyawaan raksa ini.
Untuk perusahaan-perusahaan bijih emas baik yang dikelola
oleh perusahaan dalam negeri maupun luar negeri limbah yang dihasilkan terkadang
sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini disebabkan, limbah yang
hasilkan baik dari pengolahan bijih maupun dari pemurnian bijih emas langsung
dibuang ke saluran pembuangan tanpa diolah terlebih dahulu. Limbah ini sangat
berbahaya, karena selain raksa masih mengandung logam-logam lain yang bersifat
toksit. Misalnya tembaga, arsen dan kobalt dan limbah-limbah ini memiliki pH
yang sangat asam sehingga dapat pula mengganggu kehidupan biota air.
Selain adanya dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan keberadaan tambang emas dapat pula mengganggu kegiatan anak-anak jika
tidak dikontrol dengan cermat. Dengan adanya tambang emas yang dilakukan secara
liar anak-anak lebih memilih untuk menambang emas darpada harus melangkah ke
sekolah.
Langganan:
Postingan (Atom)