BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Genetika merupakan salah satu bidang
ilmu yang sejak dahulu kala sudah menarik perhatian semua manusia. Tanpa
menyadari dan tanpa mengenal hukum-hukumnya, manusia ratusan tahun yang lalu
sebenarnya sudah lama mempraktekkan ilmu ini terhadap hewan dan tumbuhan di
lingkunganya demi kepentingannya. Jauh sebelum mendel merumuskan hukum-hukum
mendelnya, para orang tua pun sudah tidak merestui perkawinan antar sanak saudara
yang dekat hubungan keluarganya. Begitupun sebelum memungut atau bahasa baiknya
sebelum memilih menantunya, orang tua menyelidiki dulu apakah si calon memilki
nenek moyang yang cacat mental dan fisik atau tidak. Hal itu di lakukan
berdasarkan atas pengalaman dan pengamatan dari generasi ke generasi sesudahnya
secara turun temurun.
Gen-gen yang mempengaruhi
sifat-sifat yang terpengaruh seks bisa berada pada autosom manapun atau pada
bagian homolog kromosom seks. Ekpresi dominansi atau peresesifan oleh alel-alel
pada lapis-lapis yang terpengaruh seks berbanding terbalik pada jantan dan
betina. Hal itu sebagian besar di akibatkan oleh perbedaan lingkungan internal
yang diciptakan oleh hormon - hormon
seks.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa saja sifat-sifat yang
dipengaruhi oleh seks disebabkan oleh gen yang dominansinya tergantung dari
jenis kelamin individu?
2. Sifat-sifat apa saja yang terbatas
pada salah satu seks disebabkan oleh gen yang ekspresinya terbatas pada salah
satu jenis kelamin saja?
3. Bagaimana contoh sifat-sifat yang
dipengaruhi oleh seks yaitu kepala botak dan panjang jari telunjuk?
4. Bagaimana contoh sifat-sifat
terbatas pada salah satu seks yaitu jenis bulu pada ayam?
1.3.Tujuan
1. Dapat mengetahui sifat-sifat yang
dipengaruhi oleh seks disebabkan oleh gen yang dominansinya tergantung dari
jenis kelamin individu.
2. Dapat mengetahui sifat-sifat yang
terbatas pada salah satu seks disebabkan oleh gen yang ekspresinya terbatas
pada salah satu jenis kelamin saja.
3. Dapat mengetahui contoh sifat-sifat
yang dipengaruhi oleh seks yaitu kepala botak dan panjang jari telunjuk.
4. Dapat mengetahui contoh sifat-sifat
terbatas pada salah satu seks yaitu jenis bulu pada ayam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sifat-sifat yang dipengaruhi oleh seks
Gen-gen yang mempengaruhi
sifat-sifat yang terpengaruh seks bisa berada pada autosom manapun atau pada
bagian homolog kromosom seks. Ekpresi dominansi atau peresesifan oleh alel-alel
pada lapis-lapis yang terpengaruh seks berbanding terbalik pada jantan dan
betina. Hal itu sebagian besar di akibatkan oleh perbedaan lingkungan internal
yang diciptakan oleh hormon - hormon
seks. Dengan demikian, contoh seks paling mudah di temukan pada hewan-hewan
tingkat tinggi dengan sistem-sistem endokrin yang berkembang baik.
Biasanya gen dominan memperlihatkan
pengaruhnya pada individu laki-laki / jantan maupun perempuan / betina. Baru
dalam homozigotik resesif, pengaruh dominan itu tidak akan menampakkan diri
dalam fenotip.
2.2. Contoh sifat-sifat yang dipengaruhi oleh seks
Gen-gen yang dominansinya bergantung dari
jenis kelamin individu. Beberapa contoh:
1.
Kepala Botak
Kepala botak ini bukan akibat dari
penyakit atau kekurangan gizi dalam makanan, akan tetapi benar-benar keturunan.
Walaupun lazimnya kepala botak terdapat pada laki-laki, namun sesekali dapat
dilihat adanya perempuan dengan kepala botak.
Biasanya kepala botak baru akan
nampak setelah orang itu berusia sekitar 30 tahun. Di waktu kanak-kanak atau
remaja, ia masih berambut normal. Mula-mula di kira kepala botak itu disebabkan
oleh gen yang terdapat pada kromosom kelamin, seperti halnya dengan buta warna.
Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa seorang ayah yang mempunyai kepala
botak dapat mempunyai anak laki-laki yang botak pula. Keyataan ini membuktikan
bahwa dugaan tersebut diatas tidak dapat dibenarkan, karena andaikata gen untuk
kepala botak itu terdapat pada kromosom X, maka tidak mungkin ayah dan anaknya
laki-laki mempunyai sifat yang sama. Andaikan gen itu di duga terdapat pada
kromosom Y, maka dugaan itu pun tidak dapat dibenarkan, mengingat bahwa ada
anak perempuan yang mempunyai kepala botak.
Berhubung dengan itu, di ambiul
kesimpulan bahwa kepala botak itu disebabkan oleh gen yang dipengaruhi oleh
jenis kelamin.
Jika B merupakan gen yang menentukan
kepala botak dan alelnya b menentukan kepala berambut normal, maka pengaruh
jenis kelamin itu demikian rupa sehingga gen B itu dominan pada laki-laki
tetapi resesif pada perempuan.
Gen bagi kebotakan pada manusia
menunjukkan dominansi pada laki-laki, tapi bekerja secara resesif pada
perempuan.
Fenotip
|
||
Genotif
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
BB
|
Botak
|
Botak
|
Bb
|
Botak
|
Tidak botak
|
bb
|
Tidak botak
|
Tidak botak
|
Andaikata
seorang laki-laki berkepala botak kawin dengan seorang perempuan tidak botak
(kedua-duanya homozigotik), maka semua anaknya laki-laki akan botak, sedangkan
semua anak perempuannya tidak botak.
·
bb x
BB

tidak botak botak




2.
Panjang jari telunjuk
Apabila kita meletakkan tangan kanan
atau kiri kita pada suatu alas dimana terdapat sebuah garis mendatar demikian
rupa sehingga ujung jari manis menyentuh garis tersebut, maka dapat kita
ketahui, apakah jari telunjuk kita lebih lebih panjang ataukah lebih pendek
dari pada jari manis. Pada kebanyakan orang, ujung jari telunjuk tidak akan
mencapai garis itu, berarti bahwa jari telunjuk lebih pendek dari jari manis.
Jari telunjuk pendek disebabkan oleh
gen yang dominan pada laki-laki, tetapi resesif pada perempuan.
Fenotip
|
||
Genotif
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
TT
|
Telunjuk pendek
|
Telunjuk pendek
|
Tt
|
Telunjuk pendek
|
Telunjuk panjang
|
tt
|
Telunjuk panjang
|
Telunjuk panjang
|
Contoh:
Mempertimbangkan dua sifat
terpengaruh seks secara bersamaan, yaitu kebotakan dan jari telunjuk, yang
keduanya dominan apada laki-laki dan resesif pada perempuan. Seorang laki-laki
botak heterozigot dengan jari telunjuk panjang menikah dengan seorang wanita
botak dan heterozigot untuk sifat berjari panjang. Tentukan perkiraan fenotip
pada anak mereka.
Jawab:
Genotif
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Genotif
|
Laki-aki
|
Perempuan
|
B1 B1
|
Botak
|
Botak
|
F1 F1
|
Berjari pendek
|
Berjari pendek
|
B1 B2
|
Botak
|
Tidak botak
|
F1 F2
|
Berjari pendek
|
Berjari panjang
|
B2 B2
|
Tidak botak
|
Tidak botak
|
F2 F2
|
Berjari panjang
|
Berjari panjang
|
P :
·
B1 B2 , F2
F2 x
B1 B1 , F1
F2

botak berjari panjang botak
berjari panjang




½ F2 F2=¼ B1 B2
, F2 F2 = botak, berjari panjang ()/ tidak botak, berjari panjang ()
Rangkuman F1= Laki-laki :
½ botak, berjari telunuk pendek : ½ botak, berjari tek-lunjuk panjang.
Perempuan : ½ botak, berjari telunjuk
panjang : ½ tidak botak, berjari telunjuk panjang.
2.2 Sifat-sifat terbatas pada salah
satu seks
Sejumlah
gen autosomal mungkin hanya bias terekspresi pada salah satu jenis kelamin,
baik akibat perbedaan lingkungan hormonal internal maupun akibat ketidaksamaan
anatomis. Sebagai contoh, kita tahu sebagai sapi jantan memiliki banyak gen
untuk menghasilkan susu yang bias ditransmisikan nya pada anak-anak betinanya,
tapi sapi jantan itu sendiri dan anak-anak jantannya tidak mampu
mengekspresikan sifat tersebut. Produksi susu karenanya terbatas bagi ekspresi
bervariasi pada jenis kelamin betina saja. Jika penetrasi sebuah gen pada salah
satu jenis kelamin adalah 0, sifat tersebut dapat disebur terbatas seks.
Pada
laki-laki dikenal tanda-tanda kelamin sekunder, seperti kumis, janggut, dan
suara besar. Walaupun banyak juga laki-laki yang tidak berkumis , tak
berjanggut, dan mempunyai suara kecil. Pada perempuan, tan da itu berupa
tumbuhnya payudara. Tanda kelamin sekunder itu dipengaruhi oleh hormon kelamin.
Kegiatan hormon ini dipengaruhi oleh gen-gen yang ekspresinya terbatas pada
salah satu jenis kelamin saja, walaupun gen-gen itu terdapat pada dua jenis
kelamin.
Misalnya
gen yang mengatur ukuran dan bentuk penis terdapat pada kedua jenis kelamin,
tetapi ekspresinya hanya pada laki-laki saja. Demikian pula dengan gen yang
mengatur pertumbuhan payudara hanya menunjukkan pengaruhnya pada perempuan
saja.
2.1.2
Contoh sifat-sifat terbatas pada salah satu seks
Ayam memiliki sebuah gen resesif
pada produksi bulu ayam jantan pada penetran hanya pada kondisi jantan.
Fenotipe
|
||
Genotip
|
Jantan
|
Betina
|
HH
|
Berbulu ayam betina
|
Berbulu ayam betina
|
Hh
|
Berbulu ayam betina
|
Berbulu ayam betina
|
hh
|
Berbulu ayam jantan
|
Berbulu ayam betina
|
Contoh:
Bulu ayam
jantan pada ayam adalah sebuah sifat yang ekspresinya terbatas hanya pada
jantan dan ditentukan oleh genotip resesif autosomal hh. Alel dominan H
menghasilkan jantan yang berbulu betina. Semua betina adalah berbulu betina,
tak peduli apa pun genotip nya.Seekor ayam jantan berbulu jantan dikawinkan
dengan 3 betina, yang masing-masing menghasilkan selusin anak ayam. Diantara ke
36 progenni, terdapat 15 jantan berbulu betina, 18 betina berbulu betina dan 3
jantan berbulu jantan. Pada fenotip genotip yang palinhg mungkin dari ke 3
betina pariental?
Jawab:
Agar
dihasilkan jantan yang berbulu betina (H-) maupun yang berbulu jantan (hh),
setidaknya salah satu dari ketiga betina parental itu harus heterozigot (Hh)
atau resesif (hh). Kemungkinan-kemungkinan genotip tersebut haruslah di
pelajari :
(a), 2 HH, 1 Hh
(b) 1 HH, 2 Hh
(c). 1 HH, 1 Hh, 1 hh
d), 3 Hh
(e) 2 Hh, 1 hh
(f) 1 Hh, 2 hh
(g) 2 HH, 1 hh
(h) 2hh, 1 HH
Jelaslah
semakin banyak genotip ayam betina hh atau Hh, semakin besar proporsi ayam
jantan berbulu jantan yang diharapkan pada progeni. Rasio 15 jantan bernbulu
betina : 3 jantan berbulu jantan jauh lebih besar daripada rasio 1:1 yang di
harapkan jika ketiga betina parental adalah heterozigot.
P:
hh x
Hh


berbulu jantan berbulu
betina
F1: ½ Hh
berbulu betina ½
hh
berbulu jantan


Kemungkinan
(d) karenanya di hapuskan, kemungkinan © dan (f), yang mengandung satu atau
lebih genotif hh selain satu atau lebih genotif Hh, juga dihapuskan karena
perkawinan-perkawinan itu akan menghasilkan generasi yang jantan berbulu jantan
daripada kemungkinan (d). pada kemungkinan (g), ayam-ayam betina 1 HH : 1hh
diharapkan menghasilkan rasio ekuivalen dari dua jantan berbulu betina (Hh) : 1
jantan berbulu jantan (hh). Rasio 2 : 1 itu akan di ekpresikan pada 18
keturunan jantan sebagai 12 jantan berbulu bretina : 6 jantan berbulu jantan.
Jumlah itu cukup dekat dibandingkan dengan hasil pengamatan 15 : 3, tetapi
kemungkinan (h) tidak begitu sesuai karena akan lebih banyak lagi jantan
berbulu jantan yang dihasilkan.
Kemungkinan (c) :
1/3
HH
P: hh x 1/3 Hh betina
berbulu betina
Jantan berbulu jantan 1/3 hh
F: 1/3
(hh x HH) = 1/3 Hh jantan berbulu betina

1/3
(hh xHh) = (1/3 ) (1/2) = 1/6 hh jantan berbulu
jantan
1/3
(hh x hh ) = 1/3 hhjantan berbulu jantan
Rangkuman
: jantan bebulu betina = 1/3 + 2/6 =1/2, jantan berbulu jantan = 2/6 atau 1/3.
Perkiraan-perkiraan ini sama tidak dekatnya dengan hasil pengamatan daripada
kemungkinan (g).
Kemungkinan (b) :

Jantan berbulu jantan 2/3 Hh betina berbulu betina
F1:
1/3 (hh x HH) = 1/3 Hh jantan berbulu betina

2/3 (hh x Hh) =
(2/3)(1/2)
= 2/6 hh jantan berbulu jantan
Rangkuman:
Jantan berbulu betina 1/3 + 2/6 = 2/3, jantan berbulujantan = 2/6 atau 1/3.
Perkiraan-perkiraan ini sama tidak dekatnya dengan hasil pengamatan dari pada
kemungkinan (g).
Kemungkinan (a) :

Jantan berbulu jantan 1/3 Hh betina berbulu betina
F1:
1/3 (hh x HH) = 1/3 Hh jantan berbulu betina

2/3 (hh x Hh) =
(2/3)(1/2)
= 2/6 hh jantan berbulu jantan
Rangkuman
: jika hasil pengamatan berupa tiga jantan berbulu jantan di anggap sebanding
dengan 1/6. Maka 5 x 3 =15 jantan berbulu betina akan mengekpresikan nilai 5/6.
Perkiraan-perkiraan tersebut amat sesuai dengan hasil pengamatan, dan karenanya
ketiga ayam betina itu paling mungkin terdiri atas 2 HH dab 1 Hh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Sifat-sifat yang dipengaruhi oleh
seks disebabkan oleh gen yang dominansinya tergantung dari jenis kelamin
individu.
·
Sifat-sifat yang terbatas pada salah
satu seks disebabkan oleh gen yang ekspresinya terbatas pada salah satu jenis
kelamin saja.
·
Contoh sifat-sifat yang dipengaruhi
oleh seks yaitu kepala botak dan panjang jari telunjuk.
· Contoh sifat-sifat terbatas pada
salah satu seks yaitu jenis bulu pada ayam.
DAFTAR PUSTAKA
Cambell.2006. Biologi.
Jakarta : Erlangga
C. Pai, Anna. 1992. Dasar-Dasar Genetika.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Suryo. 1984. Genetika.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press
www. Google. com