Minggu, 07 September 2014

PERKEMBANGAN KEBERAGAMAAN PESERTA DIDIK



Nama              : Ika Hasanah
NIM                 : 1132080039
Jur/prodi        : Pend. MIPA / Pend. Kimia
Dosen              : Prof. Dr. Muhibbin Syah, M.Pd
  Dra. Yuyun Yulianingsih, M.Pd

PERKEMBANGAN KEBERAGAMAAN PESERTA DIDIK
A. Fenomena Keberagamaan Pada Manusia
Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari kehidupan dan sistem budaya umat manusia. Sejak awal manusia berbudaya, agama dan kehidupan beragama tersebut telah menggejala dalam kehidupan, bahkan memberikan corak dan bentuk dari semua perilaku budayanya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan berkembang dari adanya rasa ketergantungan manusia terhadap kekuatan ghaib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan mereka. Mereka harus berkomunikasi untuk memohon bantuan dan pertolongan kepada kekuatan ghaib tersebut, agar mendapatkan kehidupan yang aman, selamat dan sejahtera. Tetapi apa dan siapa kekuatan ghaib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan tersebut, dan bagaimana cara berkomunikasi dan memohon perlindungan dan bantuan tersebut, mereka tidak tahu. Mereka merasakan adanya dan kebutuhan akan bantuan dan perlindungannya. Itulah awal rasa Agama, yang merupakan desakan dari dalam diri mereka, yang mendorong timbulnya perilaku keagamaan. Dengan demikian, rasa Agama dan perilaku keagamaan merupakan pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan fitrah manusia.
            Fitrah adalah kondisi sekaligus potensi bawaan yang berasal dari dan ditetapkan dalam proses penciptaan manusia. Di samping fitrah beragama, manusia memiliki fitrah untuk hidup bersama dengan manusia lainnya atau bermasyarakat. Dan fitrah pokok dari manusia adalah fitrah berakal budi, yang memungkinkan manusia berbudi daya untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidup, mengatur dan mengembangkan kehidupan bersama. Serta menyusun sistem kehidupan dan budaya serta lingkungan hidup yang aman dan sejahtera. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia dengan akal budinya berkemampuan untuk menjawab tantangan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya baik yang bersumber dari rasa keagamaan maupun rasa kebersamaan (bermasyarakat), serta rasa untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidup. Dan dengan akalnyalah manusia membentuk kehidupan budaya, termasuk di dalamnya kehidupan keagamaannya. Selanjutnya, Agama dan kehidupan keagamaan yang terbentuk bersama dengan pertumbuhan dan perkembangan akal serta budi daya manusia disebut dengan Agama Akal atau Agama Budaya. Sementara itu sepanjang kehidupan manusia, Allah telah memberikan petunjuk melalui para Rasul tentang Agama dan kehidupan keagamaan yang benar. Para Rasul itu juga berfungsi untuk memberikan petunjuk guna meningkatkan daya akal budi manusia alam menghadapi dan menjawab tantangan serta memecahkan permasalahan kehidupan umat manusia yang terus berkembang sepanjang sejarahnya. Agama yang dibawa Rasul Allah itu bukan hanya berkaitan dengan kehidupan keagamaan semata, tetapi juga menyangkut kehidupan-kehidupan sosial budaya yang lainnya. Agama ini mendorong agar kehidupan keagamaan, kehidupan sosial dan kehidupan budaya lainnya dapat tumbuh berkembang bersama secara terpadu untuk mewujudkan suatu sistem budaya dan peradaban yang Islami.
            Fenomena agama selalu hadir dalam kehidupan manusia karena manusia tidak bisa lepas dari Allah atau yang dianggap Allah dan karena agama sangat erat kaitannya dengan Allah. Adapun fungsi agama bagi kehidupan.
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :
  • Karena agama merupakan sumber moral
  • Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
  • Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
  • Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang mensyukurinya.




Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan daridalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu
  • Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan.
  • Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan
Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.

B. Perkembangan Keberagamaan Anak dan Remaja
1.      Anak-anak
Sejalan dengan kecerdasannya, perkembangan jiwa beragama pada anak dapat dibagi menjadi tiga bagian:

 1. The Fairly Tale Stage (Tingkat Dongeng).
Pada tahap ini anak yang berumur 3 โ€“ 6 tahun, konsep mengeanai Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng- dongeng yang kurang ,masuk akal. Cerita akan Nabi akan dikhayalkan seperti yang ada dalam dongeng- dongeng.
Pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju pada para pemuka agama daripada isi ajarannya dan cerita akan lebih menarik jika berhubungan dengan masa anak-anak karena sesuai dengan jiwa kekanak- kanakannya. Dengan caranya sendiri anak mengungkapkan pandangan teologisnya, pernyataan dan ungkapannya tentang Tuhan lebih bernada individual, emosional dan spontan tapi penuh arti teologis.




 2. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan)
Pada tingkat ini pemikiran anak tentang Tuhan sebagai bapak beralih pada Tuhan sebagai pencipta. Hubungan dengan Tuhan yang pada awalnya terbatas pada emosi berubah pada hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika. Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa anak pada usia 7 tahun dipandang sebagai permulaan pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila anak harus diberi pelajaran dan dibiasakan melakukan shalat pada usia dini dan dipukul bila melanggarnya.

 3. The Individual Stage (Tingkat Individu)
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebenarnya potensi agama sudah ada pada setiap manusia sejak ia dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan untuk mengabdi kepada Sang Pencipta. Dalam terminologi islam, dorongan ini dikenal dengan hidayat al-diniyyat, berupa benih-benih keberagamaan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Dengan adanya potensi bawaan ini manusia pada hakikatnya adalah makhluk beragama. Namun keberagamaan tersebut memerlukan bimbingan agar dapat tumbuh dan berkembang secara benar. Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang diindividualistik ini terbagi menjadi tiga golongan:
a.       Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi.
b.      Konsep ketuhanan yang lebih murni, dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal (perorangan).
c.       Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik, yaitu agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.

Berkaitan dengan masalah ini, imam bawani membagi fase perkembangan agama pada masa anak menjadi empat bagian, yaitu:

 a. Fase dalam kandungan
Untuk memahami perkembangan agama pada masa ini sangatlah sulit, apalagi yang berhubungan dengan psikis ruhani. Meski demikian perlu dicatat bahwa perkembangan agama bermula sejak Allah meniupkan ruh pada bayi, tepatnya ketika terjadinya perjanjian manusia atas tuhannya.

 b. Fase bayi
Pada fase kedua ini juga belum banyak diketahui perkembangan agama pada seorang anak.Namun isyarat pengenalan ajaran agama banyak ditemukan dalam hadis, seperti memperdengarkan adzan dan iqamah saat kelahiran anak.

 c. Fase kanak- kanak
Masa ketiga tersebut merupakan saat yang tepat untuk menanamkan nilai keagamaan.Pada fase ini anak sudah mulai bergaul dengan dunia luar. Banyak hal yang ia saksikan ketika berhubungan dengan orang-orang orang disekelilingnya. Dalam pergaulan inilah ia mengenal Tuhan melalui ucapan- ucapan orang disekelilingnya. Ia melihat perilaku orang yang mengungkapkan rasa kagumnya pada Tuhan. Anak pada usia kanak- kanak belum mempunyai pemahaman dalam melaksanakan ajaran Islam, akan tetapi disinilah peran orang tua dalam memperkenalkan dan membiasakan anak dalam melakukan tindakan- tindakan agama sekalipun sifatnya hanya meniru.

 d. Masa anak sekolah
Seiring dengan perkembangan aspek- aspek jiwa lainnya, perkembangan agama juga menunjukkan perkembangan yang semakin realistis.Hal ini berkaitan dengan perkembangan intelektualitasnya yang semakin berkembang.

2.      Remaja
a.       Pertumbuhan Pikiran dan Mental
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajran agama mulai timbul. Selain masalah agama merekapun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya.
b.      Perkembangna perasaan
Perekembangan telah berkembangna pada masa remaja. Perasaan sosial, etis, dan estetis mendorong remaja untuk menghayati perikehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya.
Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup yang religius pula. Sebaliknya, bagi remaja yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi dorongan seksual. Masa remaja merupan masa kematangan seksual. Didorong oleh perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih mudah terperosok kearah tindakan seksual yang negatif.
c.       Pertimbangan sosial
Corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangna moral dan material. Remaja sangat bingung menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya untuk bersikap materialis.
d.      Perkembangan moral
Perkembangna moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencapai proteksi. Tipe moral yanh juga terlihat pada para remaja juga mencakupi:
1.      Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan pertimbangna pribadi.
2.      Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.
3.      Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama.
4.      Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.
5.      Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat.
e.       Sikap dan minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka (besar kecil minatnya).
f.        Ibadah
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Ross dan Oskar Kupky menunjukkan bahwa hanya 17 % remaja mengatakan sembahyang bermanfaat untuk berkomunikasi dengan tuhan, sedangkan 26% diantaranya menganggap bahwa sembahyang hanyalah merupan media untuk bermeditasi.

Masa Remaja Pertama (13 โ€“ 16 tahun)
Setelah si anak melalui usia 12 tahun, mereka memasuki  masa goncang, karena pertumbuhan cepat di segala bidang. Pertumbuhan jasmani yang pada usia sekolah tampak serasi, seimbang dan tidak terlalu cepat, berubah menjadi goncang.
Semua perubahan jasmani yang nampak pada usia ini menyebabkan kecemasan pada remaja. Bahkan kepercayaan kepada agama yang telah tumbuh mungkin juaga mengalami kegoncangan, karena ia kecewa terhadap dirinya. Maka kepercayaan remaja terhdap tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang pula menjadi ragu dan berkurang. Hal ini nampak pada cara ibadahnya yang kadang rajin dan kadang-kadang malas. Perasaannya kepada tergantung pada perubahan emosi yang sedang dialaminya.
Dalam kondisi yang demikian hendaknya guru agama memahami keadaan anak yang sedang mengalami kegoncangan perasaan akibat pertumbuhan yang berjalan sangat cepat itu dan semua keinginan, dorongan dan ketidak stabilan kepercayaan itu. Dengan pengertian itu, guru agama dapat memilihkan penyajian agama yang tepat bagi mereka, kegoncangna perasaan dapat diatasi.

Masa Remaja Akhir (17 โ€“ 21 tahun)
Disamping perkembangan, pertumbuhan dan kecerdasan semakin berkembang, berbagai ilmu pengetahuan yang bermacam-macam juga diterima oleh anak usia remaja sesuai dengna keahlian dibidang masing-masing telah memenuhi otak remaja. Di samping itu semua remaja sedang berusaha untuk mencapai peningkatan dan kesempurnaan pribadinya, maka mereka juga imgim mengembangkan agama, mengikuti perkembangan dan alun jiwanya yang sedang tumbuh pesat saat itu. Cara menerima dan menanggapi pendidikan agama jauh berbeda dengna masa sebelumnya, mereka ingin agar agama menyelesaikan kegoncangan dan kepincangan-kepincangan yang terjadi di masyarakat.
Banyak faktor lain yang menyebabkan kegoncangan jiwa remaja, oleh karenya sebagai seorang pendidik kita harus dapat memahaminya, agara dapat menyelami jiwa remaja tersebut, lalu membawa mereka kepada ajaran agama, sehingga ajaran agama yang mereka dapat betul-betul dapat meredakan kogoncangan jiwa mereka.


Daftar Pustaka
Syamsul, Yusuf  Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, 2004. (PT Remaja Rosdakarya: Bandung)
Aliah B. Purwakanta Hasan. Psikologi Perkembangan Islami. 2002. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Jalaludin. Psikologi Agama. Jakarta : PT Grafindo Persada, cet. 2009

2 komentar:

  1. Terima kasih telah mengpost tulisan ini๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š

    BalasHapus
  2. Terima kasih telah mengpost tulisan ini๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š

    BalasHapus