Nama : Ika Hasanah
NIM
: 1132080039
Jur/prodi : Pend. MIPA / Pend. Kimia
Dosen : Prof. Dr. Muhibbin Syah, M.Pd
Dra. Yuyun Yulianingsih, M.Pd
PERKEMBANGAN KEBERAGAMAAN PESERTA
DIDIK
A.
Fenomena Keberagamaan Pada Manusia
Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak
terpisahkan dari kehidupan dan sistem budaya umat manusia. Sejak awal manusia
berbudaya, agama dan kehidupan beragama tersebut telah menggejala dalam
kehidupan, bahkan memberikan corak dan bentuk dari semua perilaku budayanya.
Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan berkembang dari adanya rasa
ketergantungan manusia terhadap kekuatan ghaib yang mereka rasakan sebagai
sumber kehidupan mereka. Mereka harus berkomunikasi untuk memohon bantuan dan
pertolongan kepada kekuatan ghaib tersebut, agar mendapatkan kehidupan yang
aman, selamat dan sejahtera. Tetapi apa dan siapa kekuatan ghaib yang mereka
rasakan sebagai sumber kehidupan tersebut, dan bagaimana cara berkomunikasi dan
memohon perlindungan dan bantuan tersebut, mereka tidak tahu. Mereka merasakan
adanya dan kebutuhan akan bantuan dan perlindungannya. Itulah awal rasa Agama,
yang merupakan desakan dari dalam diri mereka, yang mendorong timbulnya
perilaku keagamaan. Dengan demikian, rasa Agama dan perilaku keagamaan merupakan
pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan fitrah
manusia.
Fitrah adalah kondisi sekaligus potensi bawaan yang
berasal dari dan ditetapkan dalam proses penciptaan manusia. Di samping fitrah
beragama, manusia memiliki fitrah untuk hidup bersama dengan manusia lainnya
atau bermasyarakat. Dan fitrah pokok dari manusia adalah fitrah berakal budi,
yang memungkinkan manusia berbudi daya untuk mempertahankan dan memenuhi
kebutuhan hidup, mengatur dan mengembangkan kehidupan bersama. Serta menyusun
sistem kehidupan dan budaya serta lingkungan hidup yang aman dan sejahtera.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia dengan akal budinya berkemampuan
untuk menjawab tantangan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupannya baik yang bersumber dari rasa keagamaan maupun rasa kebersamaan
(bermasyarakat), serta rasa untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidup.
Dan dengan akalnyalah manusia membentuk kehidupan budaya, termasuk di dalamnya
kehidupan keagamaannya. Selanjutnya,
Agama dan kehidupan keagamaan yang terbentuk bersama
dengan pertumbuhan dan perkembangan
akal serta budi daya manusia disebut dengan Agama Akal atau Agama Budaya.
Sementara itu sepanjang kehidupan manusia, Allah telah memberikan petunjuk
melalui para Rasul tentang Agama dan kehidupan keagamaan yang benar. Para Rasul
itu juga berfungsi untuk memberikan petunjuk guna meningkatkan daya akal budi
manusia alam menghadapi dan menjawab tantangan serta memecahkan permasalahan
kehidupan umat manusia yang terus berkembang sepanjang sejarahnya. Agama yang
dibawa Rasul Allah itu bukan hanya berkaitan dengan kehidupan keagamaan semata,
tetapi juga menyangkut kehidupan-kehidupan sosial budaya yang lainnya. Agama
ini mendorong agar kehidupan keagamaan, kehidupan sosial dan kehidupan budaya
lainnya dapat tumbuh berkembang bersama secara terpadu untuk mewujudkan suatu
sistem budaya dan peradaban yang Islami.
Fenomena agama selalu hadir dalam
kehidupan manusia karena manusia tidak bisa lepas dari Allah atau yang dianggap
Allah dan karena agama sangat erat kaitannya dengan Allah. Adapun fungsi agama bagi
kehidupan.
Ada
beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan
manusia, antara lain adalah :
- Karena agama merupakan sumber moral
- Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
- Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
- Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah
dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah
dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran,
penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi
oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar
dirinya. Godaan dan rayuan daridalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian,
yaitu
- Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan.
- Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan
Disinilah
letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan
yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
B.
Perkembangan Keberagamaan Anak dan Remaja
1. Anak-anak
Sejalan dengan kecerdasannya,
perkembangan jiwa beragama pada anak dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1. The Fairly Tale Stage (Tingkat Dongeng).
Pada tahap ini anak yang berumur 3 โ
6 tahun, konsep mengeanai Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi,
sehingga dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang
diliputi oleh dongeng- dongeng yang kurang ,masuk akal. Cerita akan Nabi akan
dikhayalkan seperti yang ada dalam dongeng- dongeng.
Pada usia ini, perhatian anak lebih
tertuju pada para pemuka agama daripada isi ajarannya dan cerita akan lebih
menarik jika berhubungan dengan masa anak-anak karena sesuai dengan jiwa
kekanak- kanakannya. Dengan caranya sendiri anak mengungkapkan pandangan
teologisnya, pernyataan dan ungkapannya tentang Tuhan lebih bernada individual,
emosional dan spontan tapi penuh arti teologis.
2. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan)
Pada tingkat ini pemikiran anak
tentang Tuhan sebagai bapak beralih pada Tuhan sebagai pencipta. Hubungan
dengan Tuhan yang pada awalnya terbatas pada emosi berubah pada hubungan dengan
menggunakan pikiran atau logika. Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu
digaris bawahi bahwa anak pada usia 7 tahun dipandang sebagai permulaan
pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila anak harus diberi pelajaran dan
dibiasakan melakukan shalat pada usia dini dan dipukul bila melanggarnya.
3. The Individual Stage (Tingkat Individu)
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan,
sebenarnya potensi agama sudah ada pada setiap manusia sejak ia dilahirkan.
Potensi ini berupa dorongan untuk mengabdi kepada Sang Pencipta. Dalam
terminologi islam, dorongan ini dikenal dengan hidayat al-diniyyat, berupa
benih-benih keberagamaan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Dengan adanya
potensi bawaan ini manusia pada hakikatnya adalah makhluk beragama. Namun
keberagamaan tersebut memerlukan bimbingan agar dapat tumbuh dan berkembang
secara benar. Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi,
sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang
diindividualistik ini terbagi menjadi tiga golongan:
a. Konsep ketuhanan yang konvensional
dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi.
b. Konsep ketuhanan yang lebih murni,
dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal (perorangan).
c. Konsep ketuhanan yang bersifat
humanistik, yaitu agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam
menghayati ajaran agama.
Berkaitan dengan masalah ini, imam
bawani membagi fase perkembangan agama pada masa anak menjadi empat bagian,
yaitu:
a. Fase dalam kandungan
Untuk memahami perkembangan agama
pada masa ini sangatlah sulit, apalagi yang berhubungan dengan psikis ruhani.
Meski demikian perlu dicatat bahwa perkembangan agama bermula sejak Allah
meniupkan ruh pada bayi, tepatnya ketika terjadinya perjanjian manusia atas
tuhannya.
b. Fase bayi
Pada fase kedua ini juga belum
banyak diketahui perkembangan agama pada seorang anak.Namun isyarat pengenalan
ajaran agama banyak ditemukan dalam hadis, seperti memperdengarkan adzan dan
iqamah saat kelahiran anak.
c. Fase kanak- kanak
Masa ketiga tersebut merupakan saat
yang tepat untuk menanamkan nilai keagamaan.Pada fase ini anak sudah mulai
bergaul dengan dunia luar. Banyak hal yang ia saksikan ketika berhubungan
dengan orang-orang orang disekelilingnya. Dalam pergaulan inilah ia mengenal
Tuhan melalui ucapan- ucapan orang disekelilingnya. Ia melihat perilaku orang
yang mengungkapkan rasa kagumnya pada Tuhan. Anak pada usia kanak- kanak belum
mempunyai pemahaman dalam melaksanakan ajaran Islam, akan tetapi disinilah
peran orang tua dalam memperkenalkan dan membiasakan anak dalam melakukan
tindakan- tindakan agama sekalipun sifatnya hanya meniru.
d. Masa anak sekolah
Seiring dengan perkembangan aspek- aspek jiwa lainnya,
perkembangan agama juga menunjukkan perkembangan yang semakin realistis.Hal ini
berkaitan dengan perkembangan intelektualitasnya yang semakin berkembang.
2. Remaja
a.
Pertumbuhan
Pikiran dan Mental
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja
dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis
terhadap ajran agama mulai timbul. Selain masalah agama merekapun sudah
tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi, dan norma-norma kehidupan
lainnya.
b.
Perkembangna
perasaan
Perekembangan telah berkembangna pada masa remaja.
Perasaan sosial, etis, dan estetis mendorong remaja untuk menghayati
perikehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya.
Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih
dekat ke arah hidup yang religius pula. Sebaliknya, bagi remaja yang kurang
mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi
dorongan seksual. Masa remaja merupan masa kematangan seksual. Didorong oleh
perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih mudah terperosok kearah
tindakan seksual yang negatif.
c.
Pertimbangan
sosial
Corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh adanya
pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara
pertimbangna moral dan material. Remaja sangat bingung menentukan pilihan itu.
Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi, maka para
remaja lebih cenderung jiwanya untuk bersikap materialis.
d.
Perkembangan moral
Perkembangna moral para remaja bertitik tolak dari rasa
berdosa dan usaha untuk mencapai proteksi. Tipe moral yanh juga terlihat pada
para remaja juga mencakupi:
1. Self-directive, taat terhadap agama
atau moral berdasarkan pertimbangna pribadi.
2. Adaptive, mengikuti situasi lingkungan
tanpa mengadakan kritik.
3. Submissive, merasakan adanya keraguan
terhadap ajaran moral dan agama.
4. Unadjusted, belum meyakini akan
kebenaran ajaran agama dan moral.
5. Deviant, menolak dasar dan hukum
keagamaan serta tatanan moral masyarakat.
e.
Sikap dan minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh
dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta
lingkungan agama yang mempengaruhi mereka (besar kecil minatnya).
f.
Ibadah
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Ross dan
Oskar Kupky menunjukkan bahwa hanya 17 % remaja mengatakan sembahyang
bermanfaat untuk berkomunikasi dengan tuhan, sedangkan 26% diantaranya
menganggap bahwa sembahyang hanyalah merupan media untuk bermeditasi.
Masa Remaja
Pertama (13 โ 16 tahun)
Setelah si anak melalui usia 12 tahun, mereka
memasuki masa goncang, karena
pertumbuhan cepat di segala bidang. Pertumbuhan jasmani yang pada usia sekolah
tampak serasi, seimbang dan tidak terlalu cepat, berubah menjadi goncang.
Semua perubahan jasmani yang nampak pada usia
ini menyebabkan kecemasan pada remaja. Bahkan kepercayaan kepada agama yang
telah tumbuh mungkin juaga mengalami kegoncangan, karena ia kecewa terhadap
dirinya. Maka kepercayaan remaja terhdap tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan
tetapi kadang pula menjadi ragu dan berkurang. Hal ini nampak pada cara
ibadahnya yang kadang rajin dan kadang-kadang malas. Perasaannya kepada
tergantung pada perubahan emosi yang sedang dialaminya.
Dalam kondisi yang demikian hendaknya guru
agama memahami keadaan anak yang sedang mengalami kegoncangan perasaan akibat
pertumbuhan yang berjalan sangat cepat itu dan semua keinginan, dorongan dan
ketidak stabilan kepercayaan itu. Dengan pengertian itu, guru agama dapat
memilihkan penyajian agama yang tepat bagi mereka, kegoncangna perasaan dapat
diatasi.
Masa Remaja
Akhir (17 โ 21 tahun)
Disamping
perkembangan, pertumbuhan dan kecerdasan semakin berkembang, berbagai ilmu
pengetahuan yang bermacam-macam juga diterima oleh anak usia remaja sesuai
dengna keahlian dibidang masing-masing telah memenuhi otak remaja. Di samping
itu semua remaja sedang berusaha untuk mencapai peningkatan dan kesempurnaan
pribadinya, maka mereka juga imgim mengembangkan agama, mengikuti perkembangan
dan alun jiwanya yang sedang tumbuh pesat saat itu. Cara menerima dan
menanggapi pendidikan agama jauh berbeda dengna masa sebelumnya, mereka ingin
agar agama menyelesaikan kegoncangan dan kepincangan-kepincangan yang terjadi
di masyarakat.
Banyak faktor
lain yang menyebabkan kegoncangan jiwa remaja, oleh karenya sebagai seorang
pendidik kita harus dapat memahaminya, agara dapat menyelami jiwa remaja
tersebut, lalu membawa mereka kepada ajaran agama, sehingga ajaran agama yang
mereka dapat betul-betul dapat meredakan kogoncangan jiwa mereka.
Daftar Pustaka
Syamsul, Yusuf Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja, 2004. (PT Remaja Rosdakarya: Bandung)
Aliah B. Purwakanta Hasan. Psikologi Perkembangan Islami.
2002. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Jalaludin. Psikologi Agama.
Jakarta : PT Grafindo
Persada, cet. 2009
Terima kasih telah mengpost tulisan ini๐๐๐
BalasHapusTerima kasih telah mengpost tulisan ini๐๐๐
BalasHapus