Nama : Ikan Hasanah
NIM
: 1132080039
Jur/prodi : Pend. MIPA / Pend. Kimia
Dosen : Prof. Dr. Muhibbin Syah, M.Pd
Dra. Yuyun Yulianingsih, M.Pd
ASPEK-ASPEK PSIKO-FISIK
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
A.
Aspek Jasmani dan Intelegensi
1. Tahap sensori-motor (0-2 tahun)
Pada tahap
ini, bayi mempergunakan sistem penginderaan dan aktivitas-aktivitas motorik
untuk mengenal lingkungannya mengenal objek-objek. Meskipun ketika dilahirkan
seorang bayi masih sangat tergantung dan tidak berdaya, tetapi sebagian
alat-alat inderanya sudah langsung bisa berfungsi.
Proses perkembangan fisik anak berlangsung
kurang lebih selama dua dekade (dua dasawarsa) sejak ia lahir. Semburan
perkembangan terjadi pada masa anak menginjak usia remaja antara 12 atau 13
tahun hingga 21 atau 22 tahun. Pada saat perkembangan berlangsung, beberapa
bagian jasmani, seperti kepala, dan otak yang pada waktu dalam rahim berkembang
tidak seimbang.
Menurut
Gleitmen (1987 ) bekal yang dibawa seorang anak yang baru lahir sebagai dasar
perkembangan kehidupannya ada dua:
1. Bekal
kapasitas motor atau jasmani adalah respon otomatis yang juga dimiliki
seorang bayi sebagai bekal dan dasar perkembangannya yakni gerakan kepala atau
mulut yang jika setiap kali pipinya disentuh ia akan berbalik dan bergerak kea
rah datangnya rangsangan. Ada dua macam reflek yang dimiliki oleh seorang bayi
yaitu Graspe dan Rooting reflex yang merupakan
kapasitas jasmani yang sampai umur kurang lebih lima bulan, belum memerlukan
kendali ranah kognitif karena sel-sel otaknya belum cukup matang untuk
berfungsi sebagai alat pengendali.
2. Bekal kapasitas panca indra (sensori) yaitu
kapasitas sensori seorang bayi yang lazimnya mulai berlaku bersama-sama dengan
berlakunya reflek-reflekmotor tadi bahkan dengan kualitas yang lebih baik. Dan
ini terbukti dengan adanya kemampuan pengaturan nafas,penyedotan , dan tanda-tanda
stimulus lainnya.
Ketika seorang anak memasuki sekolah dasar atau
ibtidaiyah, pada umur enam atau tujuh tahun, sampai bahkan dua belas tahun maka
perkembangan fisiknya mulai tampak benar-benar seimbangdan proporsional,
artinya organ-organ jasmani tumbuh serasi tidak lebih panjang atau lebih besar
dari semestinya, misalnya, ukuran tangan kanan tidak lebih panjang dari tangan
kiri. Gerakan-gerakan tubuh anak juga menjadi lincah dan terarah seiring dengan
munculnya keberanian mentalnya.
Menurut Freud ada enam tahap perkembangan fisik manusia meliputi:
a) Tahap Oral
: umur 0-1 tahun. Pada tahap ini mulut bayi merupakan daerah utama aktifitas
yang dinamis pada manusia.
b) Tahap Anal
: 1-3 tahun. Pada tahap ini dorongan dan aktifitas gerak individu yang lebih
banyak terpusat pada fungsi pembuangan kotoran.
c) Tahap
Valis : umur 3-5 tahun. Tahap ketika alat-alat kelamin merupakan daerah
perhatian yang penting dan pendorong aktifitas.
d) Tahap
Laten : umur 5-12 dan 13 tahun. Pada tahap ini dorongan-dorongan aktifitas dan
pertumbuhan cenderung bertahan dan sepertinya istirahat dalam arti tidak
meningkatkan kecepatan pertumbuhan.
e) Tahap
Puberitas : umur 12 dan 13. Pada tahap ini terjadi impuls-impuls menonjol
kembali, kelenjar-kelenjar indokren tumbuh pesat, dan berfungsi mempercepat
pertumbuhan kea rah kematangan.
f)
Tahap Genital : umur 12 dan seterusnya. Pada
tahap ini pertumbuhan genital merupakan dorongan penting bagi tingkah laku
seseorang.
2. Tahap berpikir praoperasional (2-7 tahun)
Perkembangan
yang jelas terlihat pada tahap ini ialah kemampuan mempergunakan simbol. Fungsi
simbolik, yakni kemampuan untuk mewakilkan sesuatu yang tidak ada, tidak
terlihat dengan sesuatu yang lain atau sebaliknya sesuatu hal mewakili sesuatu
yang tidak ada. Pada masa praoperasional ini, anak bisa menemukan obyek-obyek
yang tertutup atau tersembunyi.
3. Tahap berpikir operasional konkret (7-11 tahun)
Pada masa ini
anak-anak sudah mulai bisa melakukan bermacam-macam tugas. Menurut Piaget,
anak-anak pada masa operasional konkret ini bisa melakukan tugas-tugas
konservasi dengan baik, karena anak-anak pada masa ini telah mengembangkan tiga
macam proses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu:
a. Negasi
Pada masa
praoperasional anak hanya melihat atau memperhatikan keadaan permulaan dan
keadaan akhir pada deretan benda yaitu pada mulanya keadaannya sama dan pada
akhirnya keadaanya menjadi tidak sama. pada masa operasional konkret anak telah
mengerti proses apa yang terjadi diantara kegiatan itu dan memahami
hubungan-hubungan antara keduanya.
b. Hubungan timbal
balik (resiprokasi)
Ketika anak
melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa
deretan benda-benda bertambah panjang tetapi tidak rapat lagi dibandingkan
dengan deretan yang lain. Karena anak mengetahui hubungan timbal balik antara
panjang dan kurang rapat atau sebaliknya, maka anak tahu pula bahwa jumlah
benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama.
c. Identitas
Anak pada
masa operasional konkret ini sudah bisa mengenal satu persatu benda-benda yang
ada pada deretan-deretan itu. Anak bisa menghitung, sehingga meskipun
benda-benda dipindahkan, anak mengetahui bahwa jumlah tetap sama.
4. Tahap berpikir operasional formal (11-15 tahun)
Pada tahap
ini, seorang anak memperkembangkan kemampuan kognitif untuk berpikir abstrak
dan hipotesis. Pada masa ini anak bisa memikirkan hal-hal apa yang akan atau
mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak dan menduga apa yang akan terjadi.
Perkembangan lain pada masa anak atau bisa disebut masa remaja ini ialah
kemampuan untuk berpikir sistematik, bisa memikirkan semua kemungkinan secara
sistematik untuk memecahkan suatu persoalan. Pada masa ini remaja juga sudah
bisa memahami adanya bermacam-macam aspek pada suatu persoalan yang dapat
diselesaikan seketika, sekaligus. Tidak lagi satu persatu seperti yang biasa
dilakukan anak-anak pada masa operasional konkrit.
B.
Aspek Emosi dan Bahasa
1.
Perkembangan Emosi
Dalam sejumlah penelitian,
perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor
belajar. Kedua faktor itu terjalin erat satu sama lain dan akan
mempengaruhi perkembangan intelektual. Hal itu akan menghasilkan suatu
kemampuan berpikir kritis, mengingat, dan menghafal. Selain itu, individu akan
menjadi reaktif terhadap rangsangan.
Dalam
faktor belajar, terdapat metode-metode yang menunjang perkembangan emosi.
Diantaranya:
a) Belajar dengan coba-coba
b) Belajar dengan cara meniru
c) Belajar dengan cara mempersamakan
diri
d) Belajar melalui pengondisian
e) Belajar di bawah bimbingan dan
pengawasan
2. Perkembangan Bahasa
Semua manusia yang normal dapat menguasai
bahasa, sebab sejak lahir manusia untuk mempelajari bahasa dengan sendirinya.
Hal ini terlihat bahwa manusia tidak memerlukan banyak hal untuk dapat
berbicara. Orang yang dalam jangka waktu cukup lama terus –menerus mendengar
pengucapan suatu bahasa, biasanya ia akan mampu mengucapkan bahasa tersebut
tanpa instruksi khusus atau direncanakan.
Pada masa ini anak-anak sudah dapat membedakan berbagai benda disekitarnya
serta melihat hubungan fungsional antara benda-benda tersebut. Disamping itu,
penguasaan kosa kata anak juga meningkat pesat. Anak mengucap kalimat yang
makin panjang dan bagus, menunjukkan panjang pengucapan rata-rata anak telah
mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk.
Disamping peningkatan dalam jumlah perbendaharaan kata, perkembangan bahasa
anak usia sekolah juga terlihat dalam cara anak berpikir tentang kata-kata.
Peningkatan kemampuan anak sekolah dasar dalam menganalisis kata-kata, menolong
mereka dalam memahami kata-kata yang tidak berkaitan langsung dengan
pengalaman-pengalaman pribadinya. Peningkatan kemampuan analitis terhadap kata-kata
juga disertai dengan kemajuan dalam tata bahasa. Anak usia 6 tahun sudah
menguasai hamper semua jenis struktur kalimat. Dari usia 6-9 atau 10 tahun,
panjang kalimat semakin bertambah. Setelah usia 9 tahun, secara bertahap anak
mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan
berbagai aturan tata bahasa secara tepat.
C.
Aspek Kepribadian dan Sosial
1.
Perkembangan Kepribadian
1.
Anak dan Balita
Tidak
semua perbedaan yang kita lihat pada anak merupakan hal yang negatif,dan tidak
semua juga positif. Orang tua seringkali lupa, bahwa ada faktor-faktor tertentu
yang mempengaruhi perbedaan setiap anak :
1). Faktor biologis dan genetika
(keturunan)
2). Faktor pola asuh
3). Faktor lingkungan
4). Faktor pendidikan
5). Faktor pengalaman (perjalanan
dan pengalaman hidup sehari-hari)
2.Remaja
a) Banyak orang tua yang memiliki anak
berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak
konflik yang dihadapi oleh orang tua dan remaja itu sendiri. Banyak orang tua
yang tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi dengan ketat
sebab di mata orang tua para anak remaja mereka masih belum siap menghadapi
tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal
membawa mereka pada keinginan untuk mencari jati diri yang mandiri dari
pengaruh orangtua.\
3.
Dewasa
a) Depresi dan Reformasi Diri
Banyak hal
dalam hidup orang dewasa yang bisa menjadi "kambing hitam" atau
alasan seseorang menjadi depresi, depresi bisa melanda siapa saja tanpa pandang
bulu,namun depresi pun bisa diatasi oleh siapa saja dengan kondisi-kondisi
tertentu. Kalau dipikir-pikir, mengatasi depresi bisa dibilang sebuah pilihan
sikap.
b) Kecanduan cinta
Istilah
kecanduan cinta mungkin bukan istilah yang umum terdengar. Istilah yang sudah
umum beredar seperti kecanduan minum, alkohol, narkoba, rokok, kerja, dan lain
sebagainya. Meskipun “barang” nya cinta, bukan berarti aman-aman saja bagi
pecandunya dan tidak membawa dampak apapun juga.Justru, dampak dari kecanduan
cinta ini sama buruknya untuk kesehatan jiwa seseorang. Buktinya, sudah banyak
kasus bunuh diri atau pembunuhan yang terjadi akibat kecanduan cinta meski korban
maupun pelaku sama-sama tidak menyadarinya.
2.
Perkembangan Sosial
Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa
perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma-norma kelompok moral dan tradisi meleburkan diri menjadi
satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Hubungan sosial dimulai dari tingkat
yang sederhana dan terbatas yang didasari oleh
kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan
bertambah umur, kebutuhan manusia
menjadi semakin kompleks dan dengan demikian tingkat
hubungan sosial juga berkembang
amat kompleks. Dari kutipan diatas dapatlah
dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak,
maka semakin kompleks perkembangan sosialnya karena
anak semakin membutuhkan untuk
berinteraksi dengan
orang lain.
D.
Aspek Moral dan Keberagamaan
1. Perkembangan Moralitas Anak
Nilai
moral dalam kehidupan bermasyarakat sangatlah penting, arti dari moralitas atau
moral itu sendiri berasal dari bahasa latin Mos ( jamak:mores) yang berarti
cara hidup atau kebiasaan.
Terdapat
enam prinsip moral, yaitu sebagai berikut :
- Prinsip keindahan (beauty)
- Prinsip persamaan (equality)
- Prinsip kebaikan (goodness)
- Prinsip keadilan (justice)
- Prinsip kebebasan (liberty)
- Prinsip kebenaran (truth)
Dalam
proses penyadaran moral akan bertumbuh melalui interaksi dengan lingkungannya,
baik itu lingkungan sekolah, lingkungan tempat tingggalnya yang dalam
lingkungan-lingkunganya itu ia akan mendapat larangan, suruhan, pembenaran,
ataupun celaan, dan akan ada proses timbal balik dari apa yang ia
lakukan.
Tingkat dan Tahapan Perkembangan
Moralitas
Gage
& Berliner dalam Lawrence Kohlberg sebagaimana yang dikutip oleh
Nurishan (2011) menyatakan bahwa perkembangan moralitas pada anak-anak
itu pada dasarnya dapat dilukiskan tingkatan, tahapan, dan ciri-ciri
perkembangannya sebagai berikut :
Level of
Moral Thouhgt (Tingkat Kesadaran Moral) :
1. Preconvetional level
Anak
menyambut adanya nilai-nilai buruk, hanya karena sesuatu itu akan
menyakiti-menyenangkan secara fisik atas kekuatan kehebatan yang memberikan
nilai atau aturan-aturan yang bersangkutan.
2. Conventional level
Individu
memandang apa yang diharapkan family, kelompok atau bangsa. Setia dan mendukung
aturan sosial bukan sekadar konformitas, melainkan berharga.
3. Postconventional autonomous , or principled level
Usaha
dilakukan mendefinisikan prisip-prinsip moralitas yang tidak terikat oleh
orang pendukung atau pemegang atau penganutnya.
Stages of
Moral Develoment (Tahapan Perkembangan moral)
a. The punishment obdience orientation
Anak berusaha menghindari hukuman
menaruh respect karena melihat sifat yang memberi aturan yang bersangkutan.
b. The instrumental ralativist orientation
Sesuatu itu dapat dipandang benar
kalau dapat memuaskan dirinya, juga orang lain. Hubungan insani seperti
jual-beli, kau cubit aku, kucubit kau.
c. The interpersonal
concordance orientation
Sesuatu perillaku di pandang baik kalau menyenangkan, dan
membantu orang lain, kau kan disetujui atau diterima kalau berbuat baik.
d. Authorithy and social order maintaining orientation
Perilaku yang benar ialah menunaikan tugas kewajiban,
menghargai kewibawaan, dan mempertahankan peraturn yang berlaku.
e. The social
contract legalistic orientation
Pelaksanaan undang-undang dan ha-hak individu diuji secara
kritis, aturan yang diterima masyarakat penting. Prosedur penyusunan aturan di
tekankan : rasional
f. The universal ethical principle orientation
Kebenaran didefinisikan atas kesesuaiannya dengan kata hati,
prinsip-prinsip etika yang logis dan komprehensif.Pengakuan atas hak dan nilai
asasi manusia dan individu.
Peranan Orang Tua Terhadap Moral
Anak
Keluarga
yaitu ayah dan ibu adalah peran terpenting dalam pembentukan moral seorang
anak, orang tualah yang akan mempertanggung jawabkan masa depan anak-anaknya. Dunia
ini penuh dengan cobaan dan hal-hal yang tidak diduga-duga, oleh karena itu
orang tua mempunyai peran dalam pengarahan dan pembimbing anak dan sebagai
tempat pusat informasi dari segala hal yang tidak di ketahui. Sejak kecil
orangtua lah yang mengajarkan dan mengamalkan nilai-nilai moral, keagamaan,
tata krama, sopan santun dan lain-lain.Orang tualah yang mengarahkan anaknya
dalam masalah keagamaan.Seorang anak itu biasanya mengikuti agama orang
tuanya.
Peranan Lingkungan Sekolah Terhadap
Moral Anak
Peran
sekolah adalah peran kedua setelah peran keluarga, sekolah adalah tempat anak
bersosialisasi dengan teman-temannya.lingkungan sekolah sangat mempengaruhi
pembentukan anak.Oleh karena itu sebagai orang tua harus memilih sekolah yang
tepat karena mempengaruhi masa depan seorang anak kelak. Dalam memilih sekolah
untuk anak kita harus memperhatikan hal-hal yang penting yaitu spiritual,
emosional, jasmani, intelektual, dan social yaitu hal-hal yang harus kita
perhatikan adalah sebagai berikut:
a.
Pilihlah
sekolah yang tertib, karena lingkungan sekolah yang tertib akan mempengaruhi
anak menjadi orang yang tertib pula
b.
Output
yaitu lihatlah lulusan dari sekolah itu, apakah menghasilkan lulusan yang
unggulan dan berkualitas
c.
Jalin
kerja sama yang baik dengan guru
d.
Perhatikan
guru-guru pendidik, lihatlah apakah guru-guru pendidiknya berkualitas atau
tidak
e.
Pertimbangkan
jarak dari sekolah ke rumah, pilihan yang terbaik adalah pilihlah sekolah yang
tidak terlalu jauh dari rumah agar waktu anak berkumpul bersama keluarga tidak
sedikit
2. Perkembangan Penghayatan Keaagamaan
a.
Tahapan Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Sejalan
dengan perkembangannya kesadaran moralitas, perkembangan penghayatan keagamaan,
yang erat hubungannya dengan perkembangan intelektual di samping emosional dan
volisional (konatif), mengalami perkembangan. Menurut para ahli umumnya
(Zakiyah Darajat, Starbuch, William James) yang dikutip oleh Nurihsan (2011),
sependapat bahwa pada garis besarnya perkembangan penghayatan keagamaan itu
dapat dibagi dalam tiga tahapan itu ialah sebagai berikut :
1. Masa kanak-kanak (sampai usia tujuh tahun)
yang ditandai, antara lain oleh hal berikut ini :
a) Sikap keagamaan reseptif meskipun
banyak bertanya.
b) Pandangan ketuhanan yang
anthtopormoph (dipersonifisikan).
c) Penghayatan secara rohaniah masih
supercial (belum mendalam) meskipun mereka telah melakukan atau partisipasi
dalam berbagai kegiatan ritual.
d) Hal ketuhanan dipahamkan secara
ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf kemampuan
kognitifnya yang masih bersifat egocentric (memandang segala
sesuatu dari sudut dirinya).
2. Masa anak sekolah (7-8 sampai 11-12 tahun)
yang ditandai antara lain, oleh hal berikut ini :
a) Sikap keagamaan bersifat reseptif
tetapi disertai pengertian
b) Pandangan dan paham ketuhanan
diterangkan secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang
bersumber pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari eksistensi dan
keagungan-Nya.
c) Pengahayatan secara rohaniah makin
mendalam, malaksanakan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.
3. Masa remaja (12-18 tahun) yang dapat dibagi
kedalam kedua sub tahapan, ialah sebagai berikut ini :
a) Masa remaja awal
b) Masa remaja akhir
b.
Proses Pertumbuhan Penghayatan Kegamaan
Ajaran
agama menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia itu baik dan memiliki potensi
beragama, maka keluarganyalah yang akan membentuk perkembangan agamanya itu.
Oleh karena itu keluarga hendaklah menciptakan lingkungan psikologis yang
mendukung karakter anak dalam menjalankan ajaran agamanya.
9. Peranan
Keagamaan Terhadap Moral Anak
Setiap
anak mempunyai hak untuk memeluk agama yang dianutnya masing-masing.seorang
pendidik harus memperhatikan pendidikan anak didiknya sesuai norma-norma agama
yang berlaku dalam masyarakat dan anak diwajibkan untuk mendalami
agamanya.Pendidikan agama adalah pendidikan yang penting untuk membina
ketakwaan kepada Allah dan berperilaku sesuai dengan Qur’an dan As-Sunnah.
Daftar Pustaka:
-Sarwono,
S.W. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2000.
-Syamsu,
Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004
-Syah,
Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2010
-Sulaeman,
D. Psikologi Remaja : Dimensi-Dimensi Perkembangan, Bandung: CV Mandar
Maju. 1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar